Sunday, September 6, 2020

Parenting journey: Thank you and goodbye breastmilk

    
    Ini kemungkinan besar adalah 3 kantong asip terakhir yang akan kuberikan pada Ikram. Tiga belas bulan kurang 8 hari, adalah usia dimana Ikram mendapatkan asi terakhir nya. Sedangkan aku sudah lupa kapan terakhir dia menyusu langsung dariku.
    Aku sudah 4 hari tidak memerah payudaraku utk mendapatkan asi. Berkali-kali aku tanyakan pada diriku, apakah aku sudah 100% siap untuk menghentikan pemberian asi? Berkali-kali kutanyakan pula pada suamiku, apakah dia ridho dengan keputusanku untuk menghentikan pemberian asi? Sungguh, perasaanku campur aduk. 
    Proses memerah asi hampir selalu menjadi proses yang tidak menyenangkan akhir-akhir ini. Posisi yg tidak nyaman sering membuat punggung pegal. Mempersiapkan asip utk siap diminum pun membutuhkan usaha yang lebih dibandingkan dengan menyiapkan sufor. 
    Selama ini seperti ada beban yang tersisa sehingga aku masih berusaha untuk memberikan asip walaupun hanya sedikit. Mungkin kelak Ikram pun ketika besar tidak akan mempermasalahkan perihal seberapa lama aku memberinya ASI. Tapi, bagaimana dengan diriku? Siapa yang bisa menyangkal kebanggaan yang bisa dirasakan oleh para ibu yang bisa memberikan anaknya ASI hingga 2 tahun, bahkan banyak yang lebih. Luar biasanya lagi, ada segelintir ibu yang berhasil mempertahankan pemberian ASI melalui perahan.
    Mulai usia 9 bulan, dengan penuh kesadaran, aku dan suami memutuskan untuk menyusui Ikram hanya ketika tidur malan. Walau anehnya, Ikram sudah beberapa kali mogok menyusu sebelum keputusan tersebut kami ambil. Kalau ku ingat-ingat lagi, tak lama sebelum itu, saat ikram mogok nyusu, betapa galaunya diriku untuk mengembalikan minat ikram menyusu padaku, perasaanku terluka, aku patah hati mendapatkan penolakan dari Ikram, lalu sekitar 2 hari kemudian, tiba-tiba Ikram mau menyusu lagi, aku menangis terharu karena itu. Lucunya, hanya beberapa minggu setelah kejadian itu, giliran aku yang malah harus melarang Ikram untuk menyusu badan. Ikram menjadi semakin mandiri, dia jadi pintar tidur sendiri tanpa perlu dikelonin.

ASIP terakhir yang Ikram minum

    
Ah, air mataku menetes ketika menulis ini. Sepertinya aku memang masih sedih karena kehilangan momen menyusui yang begitu hangat diantara aku dan Ikram. Tapi, sepertinya, tanpa proses menyusui pun, aku masih bisa menjadi sumber kenyamanan dan kehangatan bagi Ikram, ya kan?
    Bagaimana ya perasaanku dalam beberapa tahun ke depan ketika melihat kembali perjalanan menyusui ku dengan Ikram? Apakah menyesal? Apakah aku bisa menepuk pundakku dan merasa bahwa aku sudah melakukan yang terbaik yang sehat bagi jiwaku? Atau, apakah aku masih membayangkan bagaimana perasaan bangga yang bisa aku kenang jika aku berhasil menyusui hingga 2 tahun? Pernah terbayang, bahwa kelak dengan bangga aku bisa bercerita bahwa aku berhasil menyusui hingga 2 tahun dan bisa menyapih dengan cinta. Wow, indah sekali bukan?
    Saatnya menerima ketidaksempurnaan dan tetap berusaha utk memberikan hal-hal terbaik lainnya bagi, Ikram. Aku putuskan, mulai hari ini, aku resmi untuk move on dari ASI. Terima kasih, Ya Allah, atas kesempatan yang begitu berharga bagi diri ini. Mudah-mudahan ini memang jalan takdir terbaik yang telah Engkau siapkan bagi keluarga kami.

Saturday, September 5, 2020

Parenting journey: 1 tahun Ikram, 1 tahun Ibu, 1 tahun Bapak

    Wow, sungguh sekarang baru bisa dikatakan betapa waktu sungguh cepat sekali barlalu. Anakku, Ikram, sudah menginjak usia 1 tahun! Itu berarti aku dan suami sudah resmi juga menjadi sepasang orang tua selama 1 tahun. Usia 1 tahun bagi Ikram mungkin hanya seklebat mata jika dialami oleh orang dewasa seperti kami, akan tetapi, 1 tahun itu merupakan awal kehidupan Ikram yang begitu banyak warna-warninya. 

    Betapa sangat terekam diingatanku, pertama kali Ikram mulai mengangkat kepalanya ketika tummy times. Lalu waktu berlalu dan dia mulai bisa mengenggam mainan dengan tangannya, lalu dia mulai bisa tersenyum, tertawa dan mengoceh. Fase oral pun mulai dialaminya. Segala macam barang diemutnya. Lalu pada usia 4 bulan, dia mulai tengkurap sendiri. Pada masa itu, kami tidur masih di kasur atas, lalu akhirnya mau tidak mau kami tidur di kasur bawah karena Ikram mulai merayap di usia 5.5 bulan. Begitu cepat perkembangannya, betapa beruntungnya diriku dapat menyaksikan setiap perkembangan yang dialami Ikram. Pada usia 7 bulan dia mulai duduk tegak dari posisi merayap. Usia 8 bulan dia mulai merangkak dan berdiri berpegangan. Lalu usia 9 bulan dia mulai merambat. Semakin sering mengoceh, semakin sering tertawa, semakin kelihatan karakternya.

    Ikram, sekarang kamu sudah 1 tahun, kamu sedang melancarkan kemampuan berjalanmu. Kamu sudah bisa menyuapi Ibu dan Bapak sesuatu. Kamu sudah bisa merengek minta digendong atau protes jika kami mengabaikanmu bermain sendirian. Bapak dan Ibu semakin merasa bahwa bonding diantara kita semakin kuat. Walau demikian, Ibu masih sering bertanya ke Bapak, 'Ikram sayang kita gak, ya?', yang pasti langsung dijawab cepat dengan Bapak, 'Ya, sayang, dong!'. 

    Kehidupan 3.5 bulan pertama Ikram lalui di Pontianak. Lalu 1.5 bulan kemudian Ikram aku ajak ke Yogyakarta. Pada usia 5.5 bulan, Ikram akhirnya sampai di Tangerang, untuk bisa tinggal dengan Bapaknya. Finally, kami bisa tinggal bertiga satu atap. Orang yang paling bahagia dengan hal ini tentu saja adalah Bapak, karena sudah berbulan-bulan dia jauh dari kami berdua. Semenjak tinggal bareng, sangat terasa bahwa bonding di antara Bapak dan Ikram semakin erat. Bapak semakin mengerti mengartikan kemauan Ikram, dan Ibu juga semakin mengerti Bapak. Kami bertiga semakin memahami satu sama lain.

    Ikram mungkin tidak akan terlalu ingat dengan masa-masa 1 tahun pertamanya. Namun dengan kemajuan teknologi, sepertinya akan mudah bagi Ikram untuk melihat kembali dokumentasi-dokumentasi yang Ibu dan Bapak simpan rapi. Ikram akan bisa lihat ekspresi Ikram ketika pertama kali naik pesawat. Ibu dan Bapak juga bisa menceritakan ke Ikram bagaimana kami kewalahan menidurkan Ikram di pesawat, padahal Ikram sudah terbiasa tidur di kasur.

    Satu tahun Ikram hidup, sangat sering Ikram mengunjungi rumah sakit atau puskesmas untuk divaksin dan diimunisasi. Pun karena ada masalah dengan pertumbuhan tubuh Ikram, kami jadi sangat sering mengunjungi dokter anak untuk mencari solusi terbaik. Aku sudah tidak memberikan Ikram ASI sama sekali semenjak Ikram 1 tahun, saat menulis sebenarnya masih ada 3 kantong asip yang tersimpan di kulkas, tapi masih ragu untuk aku berikan. 

       Pandemi COVID-19 menjadi tamu awal tahun 2020 ketika Ikram baru saja tinggal di Tangsel selama 2 bulan. Memaksa bapak untuk kerja di rumah sehingga hikmahnya bonding Bapak dan Ikram semakin erat. Tapi, kami akhirnya tidak banyak jalan-jalan dan menetap di rumah saja. Ternyata tak begitu masalah untuk Ikram, tapi menjadi cobaan bagi diriku yang sering dilanda kejenuhan dengan aktivitas di rumah. Walau sepertinya, dampak pandemi ini tidak seberapa menimpa keluarga kami dibandingkan dengan banyak orang di luar sana.

Telaga sampierun, Ikram usia 13 bulan kurang 8 hari. Tanggal 6 Sep 2020

        Satu tahun, Ikram menjadi bagian dari Ade dan Anet. Satu manusia kecil ini sekarang seperti menjadi arah tujuan hidup kami yang utama. Untuk hitungan waktu, satu tahun seperti sekelebat mata. Tapi ternyata, jika dituangkan dalam kisah-kisah, banyak sekali yang bisa dibaca. 




Sunday, July 12, 2020

Parenting journey: Controllable vs Uncontrollable


Salah satu pelajaran menjadi orang tua baru yang saya dapatkan adalah belajar membedakan apa yang bisa dan tidak bisa dikontrol dalam hal mengurus anak. Tetapi, pemahaman itu tidak hanya bisa saya terapkan dalam parenting, tapi juga ke dalam banyak aspek kehidupan yang lainnya. Mungkin akan saya tuliskan lain kali.
Sebagai orang tua, porsi yang bisa saya control adalah seberapa jauh saya bisa berusaha. Saya tidak bisa mengkontrol apakah usaha tersebut akan membuahkan hasil yang sesuai dengan idealisme saya. Bukan seperti matematika, dimana ketika menambahkan satu dengan satu, maka hasilnya adalah dua.
Berbagai saran dari beberapa pakar dan teori-teori yang saya baca, saya coba untuk terapkan kepada anak saya. Tapi ternyata tidak ada rumus yang bisa saya terapkan ke anak saya. Saya bisa saja sudah pontang panting mencoba banyak hal, tetapi akan tidak sehat untuk jiwa dan fisik saya jika saya tidak bersiap mendapatkan kegagalan.
Contoh yang sedang saya alami sekarang adalah anak saya mengalami kenaikan berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) yang masuk ke golongan 'red flag' jika kita mengacu pada grafik pertumbuhan dari WHO. Tentu saja, itu menjadi masalah bagi saya, karena saya sudah ada membaca tentang pentingnya mengantisipasi gagal tumbuh di 1000 hari pertama kehidupan (HKT). Pengetahuan akan dampak jangka pendek dan panjang dari gagal tumbuh membuat saya sempat memicu kecemasan saya. Tidak mau berlarut-larut, saya langsung ingin mengambil tindakan untuk mencegah hal itu terjadi. Tetapi, setelah beberapa saat menjalani prosesnya, saya memyadari bahwa paham akan batasan diri, adalah kunci dari menjadi tetap mindful terhadap proses membesarkan anak tanpa dikendalikan dengan ambisi dari ego semata.

Sekarang saya sudah paham apa saja yang bisa saya kontrol, yaitu:
  1. Prespektif saya terhadap growth chart WHO. Saya tidak bisa hanya berpatokan dengan grafik itu untuk bisa melabeli tumbuh kembang (TK) anak saya, karena setiap anak itu sangat unik, tetapi…
  2.   Selalu ada kemungkinan terburuk dari setiap masalah, maka, saya tetap berkonsultasi ke pakarnya untuk mencari kemungkinan adanya masalah medis atau silent disease yang menyebabkan terganggunya pertumbuhan anak saya
  3.  Melakukan pemeriksaan medis yang masih dalam jangkauan keluarga saya, tentu saja ada waktu, tenaga dan biaya yang dikeluarkan, dan ini merupakanm pilihan, karena kondisinya bukan gawat darurat
  4. Menjalankan saran yang diberikan sesuai dengan kesanggupan kami
  5. Tidak memaksakan kehendak kepada anak sampai membuat dia tertekan, karena anak belum paham arti dari tindakan kita, jadi berhati-hatilah
Sedangkan beberapa hal yang tidak bisa saya kontrol adalah:
  1.       Penerimaan anak terhadap sufor yang saya berikan atas dasar saran dari dokter, seberapa banyak yang bisa dia minum dan seberapa sering. Saya bisa saja membiasakan dia, tetapi tetap saja penerimaan sepenuhnya kembali ke anak
  2.    . Kenaikan BB dan TB adalah 2 angka yang jauh dari kontrol saya, saya bisa saja menggali lebih dalam, tapi keluarga kami belum siap akan konsekuensinya, krn ttp saja, ini belum masuk kategori gawat darurat
  3.     .    Komentar orang lain yang mengetetahui kondisi keluarga kami dan keputusan yang telah kami ambil, ada yang mengecilkan masalah kami atau malah menganggap kami khawatir berlebihan

Setelah dicari penyebab, diketahui ada indikasi medis, diobati, ditambah susu formula, tentu saja idealisme saya tetap menginginkan anak saya familiar dengan proses makan sehari-hari, karena ini sama saja dengan menanamkan basic life skill yang akan dibawanya hingga besar kelak. Tetapi tentu saja dengan kadar yang sesuai dengan kapabilitas saya dan dengan memperhatikan apa yang bisa saya kontrol, yaitu:

CONTROLABLE
  1.           Membiasakan duduk di kursi, menetapkan jam makan, dan memvariasikan masaka
  2.       Lapang dada jika makanan saya akan terbuang begitu saja karena ternyata tidak sesuai dengan selera anak
  3.   Menyiapkan mpasi instan yang anak saya sukai, persiapannya cepat dan kemungkinannya besar anak saya mau, karena tetap saja, menurut saya, yang terpenting adalah anak saya makan, saya sudah menawarkan mpasi homade, tetapi jika dia tidak mau, malah tidak makan sama sekali, mpasi instan juga sehat kok, walaupu memang mpasi homade yang nutrisinya tertakar ttp yg terbaik

UNCONTROLABLE:
  1.    Preferensi anak saya terhadap rasa dan jenis makanan. Bayi juga manusia, seleranya bahkan bisa berubah drastis dalam kurun 1 minggu. Saya sudah bisa menerima ini, dan lapang dada jika masakan saya ditolak mentah-mentah, hahaha
  2.      Moodnya ketika makan,. Stop asking why, karena anak masih sangat moody dan kita memang tidak diperuntukan selalu tau penybab ketidaknyamanan dia. Kita hanya bisa menerima, sabar dan berusaha menghiburnya  
  3.      Kuantitas makanan yang mau dia makan. Bisa saja dia mau makan sebanyak setengah porsi atau malah hanya 2-3 sendok saja, its okay

Saya mulai meninggalkan idealisme saya yang tidak mau menggunakan sufor, awalnya saya mau memaksimalkan pemberian asi, tetapi, saya mulai menerima kenyataan bahwa untuk kondisi khusus anak saya, asi bukan menjadi yang paling dia butuhkan. Saya menjadi sangat terbantu karena merasa aman dengan memberikan sufor untuk mencukupi kebutuhan nutrisinya yang tidak bisa didapatkan dari asi dan mpasi.
Setelah saya mulai menyadari apa yang bisa saya kontrol dan tidak bisa saya kontrol, saya menjadi lebih ringan dalam menjalani peran sebagi ibu. Saya juga mulai berhenti melabeli negative diri saya, ibu tidak becuslah, dsb. Hal tersebut banyak mengangkat beban keseharian saya dan membuat saya menjadi lebih santai sehingga bisa mencurahkan kasih sayang dan perhatian dengan optimal. There’s no more resentment nor disappointment. Hanya kepasarahan saja.

Sunday, June 23, 2019

Ulang tahun paling berkesan

Bukan hadiah
Bukan makan romantis berdua
Bukan kejutan-kejutan

Tapi ketika aku membuka mata di pagi buta
Yang kulihat wajahmu
Tersenyum padaku
Bahkan cinta yang begitu abstrak pun bisa terasa dari tatapanmu
Kau menggapai pipiku
Mencium keningku
Dan mengucapkan
'Selamat ulang tahun, Sayang'

Kenangan itulah yang selalu kuputar dalam otakku
Karena begitu sederhana tapi menyentuh hatiku

Friday, September 14, 2018

Curahan hati (pikiranku membeludak)

Pikiranku membludak
Aku merasa bersalah dengan keadaan yang sedang aku alami
Aku merasa bersalah membebani pikiran orang-orang dengan masalahku
Aku merasa bersalah membuat perhatian mereka tertuju kepadaku

Mengapa aku bisa memikirkan banyak hal dalam satu waktu
Seperti serabut
Kusut
Benang yang perlu diurai
Mengapa
Apa
Bagaimana

Aku seperti ingin meledak
Seperti kembang api di malam tahun baru

Pikiran ini selalu berputar seperti angin topan
Kuat
Semerawut
Berputar putar tak tau kapan berhentinya

Curahan hati (Setelah menerima kebaikanmu)


Aku menyadari bahwa engkau menyayangiku. Aku sangat yakin itu. Tidak ada keraguan sedikitpun tentang hal itu.
Engkau menyayangiku dan berharap dengan tulus bahwa hidupku dipenuhi kebaikan dan kebahagiaan. Kau pasti sering mengharapkan itu.
Sebenarnya aku tak ingin menggunakan kata ini. Karena kata ini dapat mematahkan kenyataan indah yang telah aku jabarkan sebelumnya.

Tetapi, ya, ada tetapi.

Tetapi, engkau juga sering memberikan rasa tidak nyaman terhadap diriku.
Menyakitiku. Melakukan hal yang membuatku risih.

Kau memegang nilai yang berbeda dengan apa yang aku pegang. Sebagian besar aku rasa, tapi tak seluruhnya, karena aku tak menapikan kenyataan bahwa aku membawa gen mu dalam diriku, dan aku yakin bahwa ada sebagian dari dirimu yang ada dalam diriku. Entahlah apa saja itu.

Aku lupa kapan terakhir kali aku merasa sepenuhnya nyaman berada di dekatmu. Jika kau melihat betapa lepasnya aku Bersama suamiku, engkau akan sadar bahwa aku membangun tembok yang sangat tinggi dan tebal jika bersamamu. Engkau sedang tidak melihat diriku apa adanya saat aku berada di depanmu.

Semua itu karena itu merupakan tameng yang aku gunakan. Karena aku tak mau terlalu menjadi rentan di hadapanmu. Karena engkau sering menyakitiku.
Mungkin engkau tak sadar, mungkin engkau sadar. Entahlah, banyak orang yang paham bahwa banyak tindakanmu yang menyakitiku. Tapi aku rasa kau tak pernah benar paham dan intropeksi diri setelah menyakitiku.

Aku menjaga sikapku. Agar aku tak memancingmu untuk menyakitiku lagi. Sepahamanku sih begitu selama ini aku dan kamu menjaga hubungan. Aku menjaga sikap maka engkau akan memperlakukanku dengan baik. Atau malah sebaliknya?

Aku menyayangimu. Menginginkan yang terbaik untukmu. Namun kau harus sadar bahwa aku juga punya kehidupan. Aku tak bisa membaur dengan dirimu. Aku mungkin akan selamanya memakai tembok ketika berada di sekitarmu. Tapi, mungkin bisa kita jaga tetap seperti itu. Selama kita saling bertoleransi terhadapan satu sama lain.

Mungkin kita bisa seperti itu? Kalau itu sih harapanku, entahlah harapanmu.

Wednesday, March 28, 2018

Pengalaman Mencabut Gigi Geraham Bungsu menggunakan KIS BPJS


Assalamualaikum warrohmatullahi waborrokatuh…
Pada tulisan kali ini, saya ingin membagi pengalaman saya ketika menggunakan fasilitas Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang disediakan oleh BPJS Kesehatan. Ceritanya bermula dari masalah nyeri semenjak tahun 2015 yang saya derita. Hal ini disebabkan oleh gigi geraham bungsu sebelah kiri yang membandel. Jadi, gigi geraham bungsu saya itu tumbuhnya hampir normal, tidak miring, tidak telentang, tapi tumbuhnya tidak sesuai jalur. Kalau dilihat barisan gigi yang lain, gigi geraham ini keluar dari barisan, sehingga mendesak gusi dan menyebabkan menjadi sering bengkak dan radang.
Kondisi paling parah yang pernah saya alami adalah di bulan Juni tahun 2017. Saking bengkaknya gusi saya, saya hanya bisa membuka mulut sebesar jari kelingking. Sakitnya bukan main, jadi susah tidur dan makan. Semenjak itu, saya menjadi lebih berhati-hati kalau mengunyah dengan gigi geraham kiri agar tidak membebani gusi. Sayangnya, malasah radang dan bengkak itu memang sering datang dan pergi sampai sekarang, bulan Maret 2018.
Kekhawatiran akan munculnya radang yang lebih parah emmbuat saya memberanikan diri untuk mencabut saja gigi geraham bungsu ini. Kebetulan karena sudah mengantongi KIS, jadinya kenapa tidak dimanfaatkan saja. Dari beberapa info yang saya tau, kalau pakai biaya sendiri, operasi kecil cabut satu gigi bisa menghabiskan biaya 2 juta ke atas. Sangat meringankan bukan kalau bisa gratis dengan menggunakan jaminan KIS.
Mari saya mulai menjelaskan proses yang saya alami secara pribadi. Untuk mengingatkan, proses yang saya alami mungkin tidak sama dengan proses yang kalian alami atau akan alami. Jadi ambil saja pelajaran yang perlu dan jangan terlalu mengharapkan akan sama persis. Prosesnya saya jelaskan secara kronologis ya…
1.      Mendatangi FASKES 1
Urutan pertamanya adalah mendatangi faskes 1 yang sudah terdaftar untuk peserta bersangkutan. Faskes 1 saya adalah Klinik Korpagama UGM. Saya tinggal di sekitar UGM, jadi Klinik tersebut adalah kilinik terdekat dengan rumah. Cukup membawa KIS dan mendaftar. Saya langsung ke klinik dan mendaftar untuk periksa ke Poli Gigi.
Saat menemui dokter gigi, saya langsung menceritakan keluhan saya. Oh ya, untuk catatan, disini saya sudah membawa hasil x-ray panorama gigi. Hasil x-ray ini sudah saya miliki semenjak Juli 2017 yang waktu itu untuk kebutuhan mencabut gigi graham atas sebelah kanan. Karena saya bawa menjadi mudah bagi dokter tersebut untuk melihat kondisi gigi graham bungsu saya. Dokternya sudah tau bahwa untuk pencabutan graham bungsu yang abnormal membutuhkan operasi kecil. Dan operasi kecil merupakan ranahnya dokter spesialis bedah mulut, sehingga dokter tersebut langsung memberikan saya rujukan. Suster yang mendampingi menanyakan kepada saya mau dirujuk kemana? Ke RSA UGM atau kemana? Saya menjawab dengan mantap ke Panti Rapih aja, Mbak. Why? Karena sebelumnya saya sudah survey dengan berselencar di blog dan mendapatkan bocoran kalau ada dokter spesialis disana yang recommended. Lagipula dekat dengan rumah dan jadwal prakteknya tersedia banyak.
Selain diberi rujukan, saya juga diberi resep obat, karena kondisi gigi yang maih sakit dan gusi yang masih sedikit radang. Obat yang diberikan ke saya adalah antibiotic amoxylin, obat pereda radang dan paracetamol untuk meredakan demam dan pusing. Obat tersebut untuk 4 hari.
            Jadi yang saya dapatkan dari faskes 1 adalah:
-          surat rujukan yang ditujukan kepada panti rapih yang belaku selama 1 bulan
-          obat-obatan untuk pereda radang dan pencegah infeksi

Note: Surat rujukan itu nanti terdiri dari 1 lembar dengan 2 bagian yang berisi ‘Surat rujukan’ dan ‘surat rujukan balik’. Surat rujukan itu yang nanti diserahkan ke RS rujukan dan sura rujukan balik adalah surat yang diisi oleh RS rujukan yang diberikan kembali ke faskes 1 yang memberi rujukan. Jadi, jangan sampai hilang dan jangan lupa dikembalikan ke faskes 1, ya.

2.      Pergi ke Rumah Sakit rujukan
Panti rapih mempunyai prosedur yang bisa memesan nomor antrian lewat telepon. Jadi, waktu itu saya memesan jadwal periksa ke drg. Agus Sri Gunarto, Sp. BM,. Dapet nomor urutan 21, dan dianjurkan datang pukul 12. Dokter Agus praktek dari pukul 8 pagi sampai 1 siang. Saya termasuk dapat antrian bontot.
            Nah info penting disini, bagi pengguna KIS BPJS, sangat dianjurkan datang 2 jam sebelum waktu periksa. Karena nanti kita harus mengantri lagi ke bagian khusus pasien BPJS untuk pendataan dan menyerahkan surat rujukan. Dokumen yang harus dibawa adalah fotocopy kartu BPJS dan surat rujukan asli.


        Akhirnya pada hari yang sudah dijadwalkan saya datang ke Panti Rapih pukul 9.45 pagi. Langung mencetak nomor antrian di mesin dekat pintu masuk dan pergi menuju ruang pasien BPJS. Lalu saya mengambil nomor antrian di mesin dan ternyata… Yak, saya datang dan langsung dipanggil nomor antriannya ke CS. Saya tidak mengantri! Lalu, oleh CS saya diminta menyerahkan FC KIS BPJS dan surat rujukan dari faskes 1. Surat rujukan dari faskes 1 dicap oleh petugas tersebut dan dikembalikan ke saya dan saya juga diingatkan untuk mengingatkan dokter mengisi surat rujukan balik.
            Setelah urusan BPJS selesai saya langsung menuju poli gigi drg. Agus dan memberikan nomor antrian ke ruangan tersebut. Saya sudah menunggu di depan ruangan semenjak pukul 10.00, karena saya males pulang jadi saya nunggu aja, sedihnya baru dipanggil pukul 13.00.
Pemeriksaan:
Setelah saya masuk ke poli gigi, langsung menjabarkan apa keperluannya, menunjukan hasil x-ray dan ternyata tidak bisa dilakukan pencabutan saat itu juga. Sepertinya memang aturan disana untuk bedah kecil tidak bisa dilakukan langsung, tapi harus mengantri lagi. Jadilah saya mendapatkan jadwal minggu depannya lagi. Ohya, untuk wanita, operasi sebaiknya jangan dilakukan saat menstruasi, suster pun menyarankan begitu, mungkin supaya tidak lemas.
Setelah dari situ, saya diminta langsung diminta mendaftar untuk minggu depan dan saya dibelaki surat rujukan balik yang sudah diisi. Langsung saya ke bagian pendaftaran dan mendapatkan Surat keterangan dokter dan nomor antrian. Saya dapat nomor antrian 1 untuk hari itu, Jadwal prakter Drg. Agus minggu depan adalah jam 8:00. Saya berencana datang ke RS Panti Rapih paling lama pukul 07:00, karena saya perlu mengantri lagi di bagian layanan BPJS.

3.      Hari tindakan
Saya datang ke Panti Rapih pukul 07:15, langsung saja saya mengambil antrian ke layanan BPJS karena sebelumnya sudah mencetak nomor antrian dokter seminggu sebelumnya. Saya dapat nomor antrian 2068, cukup buat cemas karena saat itu masih antrian 2006. Saya khawatir dipanggilnya lebih dari jam 8, berarti lewat dari jam saya periksa. Tapi sebenarnya, jadwal periksa dokter itu tidak selalu tepat waktu, sih, seringnya mundur, di kertas nomor antrian saja, tertera bahwa saya nomor antrian 001, dilayani dari pukul 08:00 -09:00.
Saya akhirnya menunggu, sambil mengantri memfotocopy kartu bpjs. Ternyata menunggu antriannya tidak lama loh, saya dipanggil pukul 7:59, itu berarti saya hanya menunggu selama 41 menit untuk mengantri 62 nomor. Loket nya ada 4, dan pegawainya cekatan dalam melayani sehingga walaupun pasien yang antri banyak tetapi layanannya cepat.
Setelah itu saya langsung ke ruangan dokter gigi dan menyerahkan berkas-berkas yang sudah saya terima dari layanan BPJS. Mulai menunggu pukul 08:05, dokternya baru datang sekitar 20 menit kemudian, saya dipanggil masuk pukul 08:35.

4.      Tindakan Operasi Kecil
Saya diminta duduk di kursi periksa tidak lama setelah saya masuk, setelah itu saya masih menunggu sebentar, ditanyakan tanggal lahir, riwayat penyakit, ada alergi obat atau tidak, lalu dicek tensi darah dan dikasih gelang pasien. Berselang 5 menit kemudian dokternya mulai menindak saya dengan menyuntikan obat bius, nyeri sedikit aja saat disuntik.
Setelah disuntik, saya diminta mengisi formulir ‘Persetujuan Tindakan Dokter’, lalu dikasih map kuning berisi resep dan diminta menyerahkan dulu ke bagian farmasi setelah itu mengambil nomor antrian dan kembali lagi meunggu di depan ruang periksa. Saat itu obat bius sudah bekerja, mulut bagian kiri saya rasanya kebas dan kelu. Berbicara sedikit susah, menelan juga susah.
Tidak lama, saya dipanggil masuk lagi. Tindakan pun dimulai, mata saya ditutup dan dokter menanyakan apakah masih terasa sakit, saya bilang tidak. Lalu pergulatan si dokter dengan si gigi pun dimulai, untuk menekan rasa risih, saya sibuk membaca ayat-ayat pendek dalam hati, sekalian memperlancar hafalan dan sambil menyenandungkan lagu-lagu dalam hati. Enak sekali suasana di kamar periksa, terdengar lagu-lagu jadul seperti lagunya Ari lasso di ruangan periksa. Selain itu perawat dan dokternya juga ramah-ramah. Atmosfernya santai, jadi pasien juga kebawa santai.
Operasi berakhir sekitar pukul 09:20, setelah selesai tensi saya dicek lagi dan ditanyakan apakah pusing atau tidak? Saya merasa baik-baik saja. Sakit juga tidak. Suster menerangkan ke saya instruksi apa saja yang harus dilakukan pasca operasi. Ini foto instruksinya:



Setelah itu saya langsung mengambil obat dan kebetulan obat saya sudah siap. Sekarang saya sudah tau mengapa saya diminta mengantrikan obat lebih dulu, karena tidak lama setelah operasi, rasa sakit mulai datang, saya mulai pusing. Pantas saja sebelum operasi disuruh makan, ternyata memang setelah operasi butuh langsung meminum obat, yang salah satunya mengandung obat pereda rasa sakit. Langsung saja saya minum obatnya dan saya duduk-duduk dulu di rumah sakit selama setengah jam untuk menunggu obat bekerja.
Saya sarankan, saat mau operasi untuk mempertimbangkan jangan pergi sendiri, tiap orang beda-beda reaksinya, amannya sih pakai ojek atau ada yang nganter, jaga-jaga kalau saja sesudah operasi menjadi lemas mungkin efek obat bius atau yang lain.

Setelah operasi, kita juga diminta untuk ke pendaftaran mengambil surat lagi. Untuk saya, saya mendapatkan surat ‘Pengiriman Penderita’, karena saya berhalangan untuk datang lagi seminggu kemudian ke RS Panti Rapih untuk pencabutan benang operasi, jadi saya minta surat pengantar untuk dapat dicabut benangnya di tempat lain dan ini tidak menggunakan KIS BPJS. Kecuali kalau sudah tau mau di dokter mana atau di rumah sakit mana kita minta dirujuk dan sudahn pasti tempat kita dirujuk menerima pasien pengguna KIS BPJS. Selain itu saya juga diberikan surat ‘Keterangan Dokter’, yang dapat digunakan kembali ke dokter gigi di Panti Rapih untuk mencabut benangnya, jika saya masih di Jogja.

5.      Pasca Operasi
Pasca operasi yang saya rasakan adalah mulai sakit lagi 4 jam setelah minum obat terakhir, saya tahan-tahan saja. Sambil saya makan es krim dan kompres pakai es dibagian pipi kiri. Memang dianjurkan untuk makan dan minum yang dingin pasca operasi. Pendarahan masih sedikit-sedikit. Mulut agak susah dibuka dan berbicara pun sedikit sakit. Tapi, secara keseluruhan sih menurut saya tidak begitu menyusahkan. Bicara aja agak dikurangin agar tidak sering membuka mulut yang dapat menyebabkan bekas operasi berdarah.
Setelah 24 jam operasi, saat bangun pagi saya menyadari terjadi pembengkakan. Tapi sudah tidak terasa sakit sama sekali. Kalau mulut dipakai banyak bicara memang terasa sedikit berdarah, wajar sih, karena masih luka.
Yak, sekian kisah saya dari awal sampai akhir operasi kecil cabut gigi graham bungsu menggunakan KIS BPJS. Saya sangat bersyukur sekali atas fasilitas yang saya dapatkan. Tidak ada kendala yang berarti sama sekali. Segalanya serba mudah semenjak dari FASKES 1 hingga ke RS Panti Rapih. Semua pelayanan yang saya terima sangat memuaskan. Sangat bersyukur, tidak mengeluarkan biaya sedikitpun untuk tindakan yang umumnya bertarif 2 juta ke atas.
Untuk penutup, bagi pengguna KIS PBJS, jadilah pengguna yang cerdas dan taat. Bayar iuran jangan telat, dan juga pahami alurnya sebelum mendaftar. Pahami apa saja yang harus dipersiapkan. Segalanya inshaallah akan menjadi mudah jika kita sudah mencari info terlebih dahulu terkait apa yang harus kita siapkan dan lakukan saat mau menggunakan KIS BPJS.
Terima kasih sudah mau memabaca tulisan tentang pengalaman saya ini, silahkan diambil yang baiknya saja dan yang jeleknya jangan. Semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca yang budiman sekalian.
Wassalamualaikum warrohmatullahi wabarrokatuh…