On this
opportunity, I want to write about my opinions . I want to share my thought
about how my perspective towards academic and IPK.
Banyak orang
yang mencemooh bagaimana orang-orang sangat mempedulikan nilai mereka. Banyak
orang mencemooh ada orang yang memilih untuk belajar tekun dan mengurangi
kegiatan selain belajar. Banyak orang yang berkata bahwa ‘IPK mu tidak menjamin
keberhasilanmu!’, lantas
bagaimana pendapat saya tentang itu?
bagaimana pendapat saya tentang itu?
Saya seorang
mahasiswa tingkat 3 pertengahan, sekarang di semester 5. Saya mengambil jurusan
Kimia di Fakultas Mipa universitas Gadjah Mada. Sudah sejak SMA kelas 1 saya
menempuh pendidikan di Yogyakarta, mempunyai mimpi untuk masuk UGM semenjak
kelas 1 SMP dan berjuang keras untuk itu hingga akhirnya tercapai sekarang.
Sempat ingin masuk FKH, FK dan Teknik Kimia. Namun, Alhamdulillah Tuhan punya rencana lain dan meletakkan saya di
jurusan Kimia.
Dari SMA bahkan SMP, saya
sudah menyukai segudang aktivitas organisasi dan kepanitian. Saya mengikuti
Tonti, sempat Osis, Basket, dan macam-macam kepanitian skala kecil ataupun
besar. Pulang sekolah pada saat SMA sebenarnya jam setengah 2. Namun karena harus
mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut, saya biasa pulang jam 5 sore, bahkan
habis magrib ataupun malam. Hampir setiap hari dalam seminggu saya menghabiskan
waktu sampai magrib di sekolah, rapat, latihan tonti atuapun latihan basket. Bahkan
saat liburan semester hampir tiap hari tetap datang ke sekolah untuk rapat dan
membahas kegiatan. Malamnya saya lanjutkan les bahasa inggris 3 kali seminggu
atau les privat 2 kali seminggu. Begitu seterusnya hingga kelas 3 SMA, dan saya
memutuskan untuk vakum dari organisasi dan kegiatan pada saat kelas 3 SMA
setelah selesai mengketuai suatu event Try Out untuk anak SMP kelas 3 pada
tahun 2011. Saya ingin focus belajar untuk tes masuk ke perguruan tinggi.
Bagaimana
tanggapan keluarga saya terhadap kesibukan saya diatas tadi? Mama saya sering
menelpon, mengingatkan untuk pulang dan jaga kesehatan. Datok dan Nenek saya
sering sekali menegur saya secara lembut dan bahkan terkadang keras tentang
kebiasaan saya pulang malam dan jarang dirumah. Tanggapan saya? Kesal sih ya
pernah, sering mempertanyakan kenapa mereka tidak mendukung kegiatan saya
padahal ini positif, namun ya sudah, saya bisa buktikan bahwa dengan segudang
kegiatan saya, saya tetap tidak akan mengalami hal yang paling ditakutkan
keluarga saya, yaitu nilai saya jeblok atau ranking rendah.
Seringkali teman
saya mungkin melihat saya sebagai anak yang pintar, rajin, atau apalah, namun
itu semata-mata saya lakukan untuk keluarga saya, dan tentu pembuktian pada
diri sendiri, bahwa saya tidak akan lupa dan tetap bertanggung jawab terhadap akademik
saya. Dan saya hanyalah anak yang berjuang lebih keras karena saya tau bahwa
saya bukan seorang yang genius atau super cerdas yang dapat memahami materi
dalam sekali baca.
Tok, Nek, Ma,
pernahkan saya mengecewakan kalian dengan nilai rapot saya? Dengan IP saya?
Bukankah saya selalu dengan tenang dan perasaan menang menunjukan rapot dan IP
saya kepada kalian? Perasaan menang saya dapatkan karena saya berhasil
mempertanggung jawabkan kewajiban saya sebagai pelajar. Saya tidak pernah kan
mengecewakan jerih payah kalian dalam membiayi saya sekolah dan kuliah? Saya
selalu bisa mempertanggung jawabkannya bukan? Saya tau bahwa kita bukan
keluarga yang berlimpah harta nya, maka dari itu saya sadar bahwa saya harus
bisa memberikan yang terbaik dalam bidang akademik saya karena itu bentuk bantuan
saya terhadap keadaan keluarga.
Ya, lelah
memang, terkadang saya sering menangis diam-diam ketika beban tanggung jawab
organisasi, kepanitian dan akademik begitu terasa terlalu berat. Jujur saja, semua orang pernah jatuh, namun
saya bangkit lagi.
Pernahkah saya
collapse? Sering. Saya sering sakit, drop, ke dokter karena kecapekan. Sering
kali saya pusing karena kebanyakan begadang dan duduk lama di depan laptop. Segudang
kegiatan kadang tidak diimbangi dengan istirahat cukup, makan yang makanan yang
sehat dan juga olahraga. Tidak, saya bukan mengeluh, hanya saja saya ingin
memberitahu, bahwa perjuangan saya memang seperti ini, dan saya merasa bahwa
perjuangan ini tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan perjuangan
orang-orang yang telah sukses diluar sana.
Saya ingin
memiliki kehidupan yang sukses dan bahagia. Saya tau semua itu harus dicapai
dengan hard working dan struggling luar biasa berat. Toh mana ada mendaki
gunung yang gak capek. Pemandangan indah di atas sana worth to suffering for. Worth
to fighting for. So, I never doubt about
how much happiness would I get when I know that I am already suffering for it.
Kutipan favorit saya ambil dari
Albert Einstein, yaitu :
“Sesulit apapun MASALAH yang kau hadapi, JANGAN PERNAH MENYERAH! Ingatlah, orang-orang HEBAT lahir dari kesulitan yang LUAR BIASA.”
Orang-orang
hebat semacam Albert Einstein, John Nash, Galileo Galilei, Ludwig van Beethoven, Alexander Graham
Bell, Steve Jobs, Mark Zuckeberg, Marie Curie, Bacharuddin Jusuf Habibie, Dan
Brown dan banyak lagi lainnya lahir dari kesulitan luar biasa. Silahkan cari
biografi mereka, adakah kata-kata bahwa, ‘Pencapaian mereka saat ini mereka
capai dengan mudah?’.
Tak jarang saya
merunduk menangis, bersujud putus asa mememinta bantuan dan belas kasih kepada
Allah. Tak jarang saya marah dan mengamuk protes kenapa cobaan yang saya hadapi
begitu berat. Namun, semua itu merupakan fase dan masa yang harus dilewati
bukan?
Semua orang
boleh kan memilih jalan hidup mereka? Semua orang bolehkan berbeda tindakan
karena mereka telah memutuskan skala prioritas mereka? Bolehkah mereka memilih
jalan beberbeda untuk mencapai impian mereka?
Maka dari itu,
saya menyatakan bahwa sesibuk apapun saya di organisasi dll, saya pasti tetap
mempriotaskan akademik saya, kerena akademik itu sangat penting bagi saya, keluarga saya, dan
merupakan step saya untuk mencapai impian saya.
No comments:
Post a Comment