"It's both a blessing and a curse to feel everything so very deeply" - Anonymous
Aku sangat menyadari hal ini, begitu salah jika aku
yang begitu rapuh ini menggantungkan kebahagianku dengan orang lain, orang lain
yang bahkan bukan keluargaku. Orang lain yang aku kenal kurang dari seperempat
masa hidupku, dan baru kucintai dengan sepenuh 1 tahun belakangan ini. Namun,
bagaimana aku bisa mengontrol hal tersebut terjadi? Selama ini aku hanya
menekannya, membohongi diriku bahwa dia bukan sumber kebahagiaanku, bukan yang
membuatku merasa paling nyaman, bukan yang bisa membuatku tertawa dan tersenyum
seakan tak ada beban yang sedang aku pikul. Berkali-kali aku yakinkan diriku
bahwa bahagia itu adalah aku yang menciptakannya sendiri, bukan karena keberadaan
orang lain. Akhirnya, kebohongan itu sampai kepada akhirnya, tidak bisa, tidak
bisa lagi aku pura-pura tidak tahu, bahwa dia lah sumber kebahagiaan itu, yang
membuatku terus memotivasi diriku dan juga berharap.
Berbahaya, sungguh berbahaya menggantungkan kebahagiaan
kepada manusia, karena mereka bisa pergi sewaktu-waktu, atas kehendak mereka
sendiri ataupun bukan. Menjadi orang yang ditinggalkan tidak pernah mudah,
hingga bertahun-tahun pun tidak akan pernah mudah. Apalagi kejadian tersebut
tidak bisa dicegah, ditinggalkan dan meninggalkan sudah menjadi garisan hidup. Satu-satunya
yang bisa aku lakukan hanya bersikap baik dan berpasrah diri bahwa sesuatu yang
kuinginkan belum tentu yang aku butuhkan.