Jauh dari dalam lubuk hati setiap wanita di dunia ini, aku yakin impian terbesar yang dimiliknya adalah dinikahi dengan orang yang mencintainya setulus hati dan akhirnya bisa membangun keluarga yang bahagia dengan anak-anak manis yang lucu dan mirip mereka. Oke, memang terdengar sangat klasik dan menggeneralisir tiap wanita, tapi sungguh, deep down inside her heart, semua wanita yang menolak mempercayai hal tersebut, sebenarnya hati nurani mereka meraung-raung, mereka ingin dicintai, dilindungi dan ngemong anak.
Wanita memang banyak karakternya,
ada yang independent, ambisius, feminim,
lemah lembut, dan sebagainya. Lingkungan dan pola pikir mereka pun berkembang
layaknya tanaman benalu yang tidak disemproti pestisida, menjalar seperti
jaringan syaraf otak yang akhirnya membuat mereka memiliki pandangan yang
berbeda terhadap pernikahan. Ah, tak usah cepat menikah, kejar karir dulu
samapai di posisi yang strategis, begitu kata wanita ambisius. Aku sih
pengennya di rumah saja, ngemong anak, nunggu suami pulang kerja, masak
kesukaannya dia, begitu kata wanita yang family
oriented. Yah banyak lagi macamnya. Coba deh tanyain ke mereka, seambisius
apapun wanita karir dan pengejar pendidikan, nanti ada masanya dia ingin
mencari pasangan dan membangun keluarga. Terlalu lama sendiri ternyata telah
memberikan kesempatan kepada akar kesepian menghunjam ke relung hatinya, sesungguhnya
pengen ada yang menemani!
Pernikahan, oh pernikahan….
Membuat bulir air mata jatuh dari mata seorang wanita yang merelakan ambisinya
untuk menjadi wanita karir sukses, dari mata seorang wanita yang bermimpi untuk
berpetualang sendiri keliling dunia, dari mata seorang wanita yang ingin
mendidikasikan hidupnya untuk kemanusiaan, mereka akhirnya dengan tulus dan
besar hati mengecilkan mimpi besar mereka dan memutuskan untuk menikah dan
membangun keluarga bersama dengan lelaki yang dia percaya dan dia cintai.
Mengikuti tiap langkah kaki sang lelaki dan mendukungnya dengan tulus. Berada
disampingnya, memastikan mental suami tetap sehat agat bisa selalu siaga
menjaga pondasi keluarga agar tetap kuat. Seorang istri yang kuat dan independent
tidak dapat dilihat dari bagaimana dia tetap bisa berkarir dengan gemilang
namun tetap bisa menjaga anak dan keluarga, tapi dilihat dari bagaimana
ketabahan dan kesabaran dia dalam mengurus keluarga, dilihat dari bagaimana
matanya tetap teduh ketika keluarga dilanda masalah, bagaimana suaranya tetap tenang
ketika berbicara dengan suaminya walaupun hatinya rasanya sedang disayat-sayat.
Wanita yang kuat dan independent adalah
wanita yang tetap teguh pada keputusannya tanpa merasa bahwa keputusan dan
pilihan itu bukanlah yang dia ambil, tapi dia tetap bertanggung jawab terhadap
setiap langkah yang dia ambil terlepas bahwa sebenarnya itu dilakukan karena
mengikuti perintah suami.
Tulisan ini bukanlah sebuah
ungkapan penyesalan atau kegundahan hati, apalagi tentang duka yang dirasakan
wanita yang merasa terpaksa direnggut kebebasanya sebagai wanita yang independent. Tapi lebih ke tentang
bagaimana seorang wanita begitu besar hatinya, untuk tidak memikirkan dirinya sendiri
dan melihat jauh ke depan bahwa hidupnya bukan sekedar tentang dirinya sendiri,
tapi tentang bagaimana jangan sampai cintanya tidak hanya ada di satu tempat
tanpa sempat dibagi kepada orang yang membutuhkan, kepada suaminya dan kepada
anak-anaknya.
Picture taken from :
http://www.playbuzz.com/chelseybrown10/what-wedding-theme-should-you-have