Seminggu belakangan ini, Saya harus bolak-balik ke puskesmas
untuk mengecek keadaan Saya. Beberapa hari bertemu dengan dokter tersebut
(masih dokter yang sama), Saya semakin mengetahui bahwa beliau sangatlah
perhatian terhadap pasien. Beliau mengkomunikasikan semua yang berhubungan dengan keadaan Saya, menjabarkan setiap kemungkinan dan memotivasi Saya agar menjalani hidup sehat. Berbicara dengan beliau seperti berdiskusi dengan teman. Perasaan
nyaman pun terbangun dan rasa sungkan berkurang.
Bahkan waktu giliran Saya diperiksa, tiba-tiba saja ada
seorang Ibu yang masuk ke ruangan, meminta konsultasi lanjutan dengan dokter setelah gilirannya selesai, dan bukannya menegur atau marah, tapi beliau langsung memerika ibu
itu dengan sabar dan memberikan candaan.
Diakhir pertemuan Saya beliau, ‘Kenapa
ya, Dokter di rumah sakit tidak banyak berkomunikasi dengan pasien, Dok?’
Dokter tersebut tertawa kecil,’Ya wajar aja toh mbak, Rumah
sakit itu kan rame, pasien yang datang juga banyak, mereka juga waktunya terbatas,
jadi tidak bisa memeriksa lama-lama. Kalau kami kan dokter keluarga, memang
sewajarnya memberikan pelayanan dan konsultasi kepada pasien.’
Saya akhirnya mengerti. Kesibukan para dokter di
rumah sakit menyebabkan para dokter kurang perhatian terhadap pasien. Mungkin
anda sadari, jika di rumah sakit maka dokter yang dating mengcheck up hanya
menyempatkan diri barang 5 menit atau 10menit.Jam terbang yang tinggi
menyebabkan dokter di rumah sakit tidak bisa memberikan perhatian yang banyak
untuk setiap pasien yang mereka tangani.
Apalagi dibagian UGD, dalam 5 menit aja bisa 2-3 pasien yang datang, mereka harus bergegas melakukan tindakan dan profesional. Mau melihat darah bergelimpangan atau mendengar teriak kesakitan dari pasien mereka harus tetap bisa tenang. Dan itu membuat mereka terkesan dingin, padahal mereka hanya menunjukan profesionalitas.
Lantas, dengan pengertian yang saya terima sekarang ini,
Saya jadi bisa merubah pemikiran Saya. Bahwa ya memang beginilah keadaan yang
ada, dan apabila Saya marah atau tak terima, maka itu hanya akan membuat emosi
saya lelah. Ada setiap kriteria kondisi dan saya harus paham betul harus
seperti apa di setiap kondisi.
Beberapa pengalaman ini tidak akan bisa saya dapatkan dari
orang lain, yang ada hanyalah jika saya mengalami sendiri, sehingga benar-benar
memahami. Learning by doing memang bukan cuman kiasan semata, tapi memang itu
sangat cocok bagi Saya J.
No comments:
Post a Comment