Aku menyadari bahwa engkau
menyayangiku. Aku sangat yakin itu. Tidak ada keraguan sedikitpun tentang hal
itu.
Engkau menyayangiku dan berharap
dengan tulus bahwa hidupku dipenuhi kebaikan dan kebahagiaan. Kau pasti sering
mengharapkan itu.
Sebenarnya aku tak ingin
menggunakan kata ini. Karena kata ini dapat mematahkan kenyataan indah yang
telah aku jabarkan sebelumnya.
Tetapi, ya, ada tetapi.
Tetapi, engkau juga sering
memberikan rasa tidak nyaman terhadap diriku.
Menyakitiku. Melakukan hal yang membuatku
risih.
Kau memegang nilai yang berbeda
dengan apa yang aku pegang. Sebagian besar aku rasa, tapi tak seluruhnya, karena
aku tak menapikan kenyataan bahwa aku membawa gen mu dalam diriku, dan aku
yakin bahwa ada sebagian dari dirimu yang ada dalam diriku. Entahlah apa saja
itu.
Aku lupa kapan terakhir kali aku
merasa sepenuhnya nyaman berada di dekatmu. Jika kau melihat betapa lepasnya
aku Bersama suamiku, engkau akan sadar bahwa aku membangun tembok yang sangat
tinggi dan tebal jika bersamamu. Engkau sedang tidak melihat diriku apa adanya
saat aku berada di depanmu.
Semua itu karena itu merupakan
tameng yang aku gunakan. Karena aku tak mau terlalu menjadi rentan di hadapanmu.
Karena engkau sering menyakitiku.
Mungkin engkau tak sadar, mungkin
engkau sadar. Entahlah, banyak orang yang paham bahwa banyak tindakanmu yang menyakitiku.
Tapi aku rasa kau tak pernah benar paham dan intropeksi diri setelah
menyakitiku.
Aku menjaga sikapku. Agar aku tak
memancingmu untuk menyakitiku lagi. Sepahamanku sih begitu selama ini aku dan
kamu menjaga hubungan. Aku menjaga sikap maka engkau akan memperlakukanku
dengan baik. Atau malah sebaliknya?
Aku menyayangimu. Menginginkan
yang terbaik untukmu. Namun kau harus sadar bahwa aku juga punya kehidupan. Aku
tak bisa membaur dengan dirimu. Aku mungkin akan selamanya memakai tembok
ketika berada di sekitarmu. Tapi, mungkin bisa kita jaga tetap seperti itu.
Selama kita saling bertoleransi terhadapan satu sama lain.
Mungkin kita bisa seperti itu?
Kalau itu sih harapanku, entahlah harapanmu.
No comments:
Post a Comment