Tuesday, November 11, 2014

Might this letter comes to you, Bapak.


Tulisan ini untuk Bapak.
Ya, bukan bapak saya, tapi bapaknya Bang Ade, anak bungsu kesayangan bapak.

Bapak, selamat beristirahat. Selamat jalan, saya yakin bapak telah tenang sekarang. Terbebas dari rasa sakit yang dari tahun 2011 diketahui menghinggapi tubuh bapak. Bapak telah berjuang, bapak kuat, Allah tau itu.

Pak, kita berdua hanya pernah bertemu saat Ade wisuda. Singkat, Pak. Tidak mungkin cukup untuk kita saling mengenal. Namun, saya sudah merasa sangat mengenal bapak, melalui cerita-cerita dari Ade, dan jauh lebih mengenal setelah saya dengar kisah-kisah yang saling dilemparkan oleh ibu, anak-anak bapak dan keluarga bapak setelah kepergian bapak. Semuanya pasti cerita baik pak. Tawa, canda dan senyum saling dilemparkan ketika mengenang bapak.

Saya jadi tau apa kebiasaan bapak, jalan yang sering dilalui bapak di Pontianak, apa makanan kesukaan bapak, bahkan baju mana yang sering bapak pakai semasa hidup.

Pak, Kamis Pagi, tanggal 6 November 2014, Ade menelpon saya mengabari keadaan bapak. Mendengar suara parau dan tertahan dari anak bapak, mengatakan kalau bapak koma. Saya menangis pak. Saya takut keluarga bapak akan kehilangan bapak, saya bisa merasakan kesedihan mendalam yang dirasakan keluarga bapak.

Pak, saya ingin menjenguk bapak. Tapi terlambat, Pak. Saya datang, tepat sebelum bapak dimakamkan. Di hari Jumat keesokannya, sehabis hujan. Bau tanah yang dibasuh air hujan melepas kepergian Bapak. Maaf Pak belum sempat menjenguk dan salim lagi sama Bapak.

Pak, saya ingin berterima kasih. Bapak telah menjadi bapak yang luar biasa, dan anak-anak bapak sungguh anak-anak yang beruntung mempunyai bapak seperti bapak Addy Moelono. Bapak kuat, bapak menjadi tauladan bagi anak-anak bapak dan bapak sangat melindungi keluarga Bapak.
Saya merasa beruntung bisa bersama dengan anak hasil didikan bapak, yaitu Ade. Dan Ade bukanlah Ade Setio Nugroho jika bukan karena didikan bapak.
Saya juga merasa senang bisa mengenal Mbak Eka, Mas Bowo, dan Mbak Neni. Anak-anak kesayangan bapak.
Saya juga senang bisa mengenal Ibuk, wanita tercinta bapak. Ibuk yang tabah dan kuat.

Pak, Ade sering bertanya kepada saya. Apa bapak bahagia dengan apa yang telah diberikannya kepada bapak hinga saat terakhir? Saya langsung senyum Pak. Saya jawab tentu bapak sudah puas. Dilimpahi kasih sayang dan perhatian dari anak bapak yang tida tara nya. Bapak pasti pergi dengan bahagia, apalagi anak-anak bapak dengan kompak menjaga Ibunya.

Sudah ya, Pak. Itu dulu. Semoga saya bisa menjadi bagian dari keluarga bapak, terima saya kelak ya.
Bahagia disana ya Pak, di sisi Allah dan Rasulullah. Semoga mendapatkan rumah yang indah di surga untuk peristirahatan terakhir, Barakallah.

Pontianak, 10 November 2014.
Waiting room bandara Supadio.
Di kala badai hujan, menunggu boarding untuk pulang ke Yogyakarta.
Zaneta Descara

No comments:

Post a Comment