Friday, October 7, 2016

Harapan [Puisi]




HARAPAN


Kau berkata pada dunia bahwa kau di ambang batas kesabaranmu


Kau menangis meraung merutuki hidupmu yang tak kunjung membaik


Kau merutuki penderitaan yang tak mau pergi darimu


Tetapi entah apa maksud Allah SWT, beliau masih memberikanmu waktu untuk hidup


Kau di beri waktu


Entah untuk apa, tetapi kau merasa waktu itu hanya mebuatmu merasakan penderitaan lebih lama


Kau malah memilih mati daripada hidup lebih lama


Tapi, orang itu masih bertahan


Dia berdiri tak peduli apa pun yang terjadi


Sehingga kau pun jadi goyah dan tak lagi membiarkan hatimu membatu


Kau masih sering protes, berteriak, marah


Tetapi kau sudah mulai berharap.


Berharap akan adanya mukzizat


Berharap akan adanya harapan


Harapan, harapan titik cerah di tengah lubang gelap


Harapan membawamu melangkah maju menanti datangnya perbaikan


Harapan membuat langkahmu terasa ringan dan pikiran menjadi bersih


Harapan memberikan energi positif yang luar biasa besar pada dirimu


Harapan membuatmu masih mampu tersenyum di kala duka


Harapan membuatmu mampu berdiri menantang kekejaman


Expectation give you strength to walk forward and open ur eyes to see straight forward

Thursday, October 6, 2016

CONFEITO [NOVEL REVIEW]

   “Tak ada yang bisa menggatikan keuletan. Bakat juga tidak; orang yang berbakat yang tidak pernah sukses adalah hal yang lumrah. Kejeniusan juga tidak; orang pandai yang tidak memperoleh apa-apa sudah nyaris menjadi kata-kata mutiara. Pendidikan juga tidak; dunia sudah penuh dengan pengangguran berpendidikan. Keuletan dan keteguhanlah yang paling berkuasa. Slogan ‘jangan menyerah’ telah dan selalu memecahkan masalah yang dihadapi manusia”

Kutipan di atas adalah pernyataan dari Calvin Coolidge yang aku salin dari sebuah novel yang baru saja aku baca. Main ke rumah temen SMA membuatku jadi tertarik untuk membaca novel yang dulu pernah membuatku terkesima waktu dibaca zaman SMA. Sekarang aku sedang bergelut untuk menyandang title sarjana, usiaku 21 tahun. Aku sudah hobi membaca cerita fiksi sejak zaman SD, hingga sekarang pun masih sering membaca, tapi kadang tidak ada waktu aja jadinya satu buku sebulan aja itu udah amazing! Jadiiii hasil main dari rumah temen SMA adalah sebuah novel pinjaman yang judulnya ‘Confeito’, waktu usiaku 15 atau 16 tahun, membaca novel ini membuatku terkesima. Lalu penasaran, mau baca lagi sekarang, efeknya gimana ya? Well, beginilah responku setelah menghabisnya waktu 2 jam membaca. Ohya, sebelumnya aku kasih sedikit alur ceritanya ya, janji deh ngga bakal spoiler *0*.


                 Judul       : Confeito
                 Penulis    : Windhy Puspitadewi
                     Penerbit  : PT Gramedia Pustaka Utama
                     Cetakan  : Cetakan pertama, Mei 2005
                     Tebal       : 210 halaman
                     ISBN       : 979-22-1362-7

            Confeito bercerita tentang 5 sahabat yang bertemu semasa ospek jurusan. Kelompok sahabat itu bisa dikatakan ‘geng’. Bukan geng yang ada peraturan mengikat dan perjanjian-perjanjian yang konyol, tapi aku katakan geng karena memang mereka sering bersama, menyatakan diri mereka teman sejati yang harus saling berbagi dan membantu, pokoknya nempel terus deh kayak amplop dan prangko.
Geng itu terdiri dari 1 orang perempuan bernama Hana, cewek cuek yang tidak begitu cantik, berkarakter unik, punya impian menjadi penulis yang terpaksa masuk jurusan teknik mesin karena suruhan sang ayah. Empat orang lainnya adalah Leo, Seta, Ridwan dan Angga. Seta si kutu buku yang sangat pintar, Angga si ­loverboy yang tengah bergelut dengan hubungan percintaanya,Ridwan si borjouis yang sering gonta ganti pacar dan Leo si bijak yang ternyata menyembunyikan jati diri aslinya.
       Dalam Confeito, 5 sahabat tersebut mengalami berbagai macam masalah yang akhirnya membuat mereka menemukan hikmah dari masalah tersebut dan terlahir menjadi pribadi yang lebih baik. Yang aku suka dari Confeito adalah cara penulis membuat ­character development yang smooth, tidak terlalu ringan namun tidak terlalu berat. Plotnya memang sangat mudah ditebak, walaupun demikian, penulis yang aku yakin memiliki intelegensi yang tinggi berhasil menyajikan dialog-dialog cerdas yang berhasil mengimbangi kesederhanaan alur cerita.
         Beberapa kutipan-kutipan bijak, syair, puisi, lirik lagu banyak disajikan disini. Membuat pembaca bertambah pengetahuannya. Sesuai dengan moto penulis ‘Bacalah buku yang tidak hanya menghibur, tapi yang dapat menambah pengetahuanmu’, Confeito berhasil menambah pengetahuanku sekaligus menghibur. Dari awal sih aku memang sudah tidak berekspetasi untuk membaca plot dengan alur yang rumit ketika meminjam Confeito, karena aku tau Confeito dikategorikan kedalam ‘Teenlit’, rasanya ingin menjadi remaja lagi, makanya membaca novel remaja, ahay…
            Kesanku? Aku masih sagat terhibur dan tersentuh setelah membaca Confeito. Nilai yang disampaikan masih membuat orang seusiaku berhasil termenung. Go ahead call me childish atau apadeh, tapi no, no, no! I don’t care, hehe. Keruwetan proses mendewasakan diri ternyata perlu diimbangi dengan kegiatan-kegiatan ringan yang menyegarkan, I’m just trying not to losing the teenager side inside of me. Biar masih bisa berfikir ringan gitu deh, huehuheuheu.
            Overall, this book is very recommended terutama untuk anak-anak remaja yang sedang mencari jati diri dan bolehlah untuk para orang dewasa (atau merasa sudah dewasa) untuk, yaah.. membaca sesuatu sambil bersantai dengan segelas teh hangat. I won’t say that this book will change your life, tapi melihat banyaknya hiburan remaja yang nyeleweng sekarang ini, aku rasa novel-novel mendidik seperti ini harus lebih dikenalkan lagi kepada remaja-remaja karena dapat memberikan dampak atau perubahan yang sangat positif ke dalam hidup mereka.
   Oke, sekian review Confeito, aku harap review ini memberikan informasi bagi kalian para pembaca blogku ini~ Selamat membaca wahai bookworm