Monday, August 25, 2014

My First Hiking Experience (PART I)




Pagi menyambut di tanggal 20-21 Agustus 2014. Alarm saya set pukul 5 pagi, namun pukul set5 pun mata ini sudah melek sendiri. Kebiasaan dari dulu memang begini, sulit tidur atau terbangun lebih awal jika akan menghadapi sesuatu yang membuat saya super excited. Yak, apa sih yang membuat saya begitu bersemangat hari itu? Jawabannya adalah, Mendaki Merapi. Merapi? Apa sih istimewa nya Merapi?

Merapi ya... Simple, tiap pagi jika cerah, maka saya bisa melihat kekokohan Merapi yang asri dari balkon lantai dua rumah saya di Kampung Klebengan. Sejuk, kokoh, sulur-sulur cokelat menjalar di raga nya. Seperti urat nadi yang menyembul memaparkan kekuatan. Lantas, apa lagi yang membuatnya istimewa di mataku? Ya, siapa lagi kalau bukan karena Ade Setio Nugroho. Binar matanya ketika menceritakan Merapi membuat saya tertarik. Menarik saya untuk bisa melihat langsung apa saja yang telah dilihatnya di Merapi. Menginjakan kaki di tempat dia pernah berpijak. Memandang sunrise dan sunset melalui mata saya sendiri.

Izin tuk mendaki jujur saja tidak mudah saya dapatkan, namun singkat cerita, setelah bernegosiasi sedikit dengan keluarga, akhirnya izin mendaki saya kantongi, yahoo! I never expected that they will give me the permission. Pernah saya meminta izin dulu namun di tolak mentah-mentah. Sepertinya zaman telah berubah, saya mungkin sudah dinilai cukup untuk menjaga diri sendiri. Well actually tidak juga kok, hahaha, Karena bawa-bawa nama Ade lah mungkin saya diizinkan, Bang Ade yang keluarga saya tau bahwa dia sering naik gunung pasti dikira bisa menjaga saya agar selalu aman disana #uhuk.

Lantas, pagi itu, jam 9 pagi saya dijemput Abang untuk bersiap-siap, menyewa perlengkapan, sarapan, serta packing. Saya sudah packing bagian saya sendiri semalam, tidak banyak barang, hanya perlengkapan pribadi dan beberapa bumbu dapur. Sangat simple untuk pemula, bahkan saya membantin, 'Kowe ki meh munggah gunung opo piknik tok? Bawaane sitik, bingung meh ngopo, weh jan.' Pardon my language, but yeah, I feel like the dumbest at that time. Dunno what to do, what need to prepare. Semuanya aku serahkan sama Bang Ade, Bang Hadi dan Bang Tono. Bengong aja liat mereka mondar-mandir packing di kamar kost Bang Tono. Bengong aja liat Bang Ade masang tampang serius tapi nyebelin sambil masukin ini itu ke carrier. (It turned out that he was upset to me because of my joke about me being bald, hahahaha).

After a couple of hours, finally we finished packing. 3 carriers was ready for use. Saya dan bang ade akhirnya berangkat duluan, namun sebelumnya kami mengambil narcissistic stick. Ups, apa itu? hahaha itu bahasa kerennya dari Tongkat Narsis a.k.a tongsis saudara-saudara. Untuk berfoto ria di gunung. Jangan sampai melewatkan momen narsis dengan view yang menakjubkan.

So, singkat cerita, semuanya berjalan lancar, SAMPAI...... Bang Hadi sadari, ternyata kami lupa membawa nasting. Muka bego plongo pun keluar, bawa bahan masak serta kompor namun tak bawa alat memasaknya saudara-saudara. HAHAHAHA... Tapi, semua itu bukan masalah, semua bisa diusahakan, dengan bermodal luck, kami berencana untuk menyewa nasting di basecamp, ada atau tidak pun memang tidak ada jaminan, tapi so what? (Oke ini jangan ditiru, make sure buat list perlengkapan dan cek ulang sebelum berangkat. hahaha)
Toh untungnyaaaa... Mbah yang jaga basecamp memiliki nasting. Fyuh, what a relieve. Jadi deh masak-masak di atas nanti. :P

Pukul setengah 3 sore akhirnya kita nyampe di basecamp Barameru, di atas Desa Plalangan, Kec. Selo, Kab. Boyolali. Kita mau mendaki melalui jalur Selo. Di basecamp kami nge-charge energy, makan siang bersiap-siap. Bertemu dengan 3 orang pendaki lain yang baru saja turun. Ketiga orang itu asalnya dari Jakarta. Bang Ade dengan celana sobek dan manset serta carrier dipundak sempat saya abadikan melalui foto. Leher panjang dengan tempurung besar, saya katai dia kura-kura. Hahaha. (Pasti dia langsung manyun baca bagian yang ini.)

Ade Setio Nugroho

Sekitar pukul setengah 4 sore kami berempat memutuskan untuk start! Nah, cobaan pertama muncul. Kami harus berjalan sekitar 20menitan melalui jalan bersemen yang lumayan menanjak. Nafas saya memburu, kaki saya mulai terasa pegal. Kami berempat berjalan perlahan sambil mengatur nafas. 'Ini lah cobaan pertama, nih.' kata Bang ade sambil nyengir kepadaku. Aku balas nyengir sambil menggeleng pelan. 'Huft banget lah, ya'. Beberapa menit berjalan, saya meminta berhenti sebentar,'My heart beating so fast'. 'Dont worry, normal kok, penyesuaian, lama-lama juga biasa.' jawabanya. Beberapa kali saya meminta untuk berhenti, mengatur napas, berusaha mengatur irama. Ini baru awal, bagaimana nanti ya? Ah sudahlah, semangat!

Sampailah kami di New Selo, ada tempat parkiran serta kios-kios yang menjajakan makanan dan minuman. Peluh keringat sudah mengintip dari balik kaos tipis saya. Beberapa kali saya terbesit pikiran-pikiran eperti, 'Aseli lah lu lemah banget, Net!', 'Wah, malu dong, Net!'. Saya tembak habis-habisan mental dan semangat saya. Namun saat itu belum satupun keluhan yang meloncat dari lidah saya.

Selanjutnya adalah saatnya memasuki jalan setapak dengan rerimbunan pohon di samping kanan dan kirinya. Dengan tanah dan batu yang harus ditapaki. Dari sini lah perjalanan yang sebenarnya di MULAI.... :)


Lanjut ke Part II

No comments:

Post a Comment