Sunday, February 14, 2016

Wanita dan Pernikahan



Jauh dari dalam lubuk hati setiap wanita di dunia ini, aku yakin impian terbesar yang dimiliknya adalah dinikahi dengan orang yang mencintainya setulus hati dan akhirnya bisa membangun keluarga yang bahagia dengan anak-anak manis yang lucu dan mirip mereka. Oke, memang terdengar sangat klasik dan menggeneralisir tiap wanita, tapi sungguh, deep down inside her heart, semua wanita yang menolak mempercayai hal tersebut, sebenarnya hati nurani mereka meraung-raung, mereka ingin dicintai, dilindungi dan ngemong anak.
Wanita memang banyak karakternya, ada yang independent, ambisius, feminim, lemah lembut, dan sebagainya. Lingkungan dan pola pikir mereka pun berkembang layaknya tanaman benalu yang tidak disemproti pestisida, menjalar seperti jaringan syaraf otak yang akhirnya membuat mereka memiliki pandangan yang berbeda terhadap pernikahan. Ah, tak usah cepat menikah, kejar karir dulu samapai di posisi yang strategis, begitu kata wanita ambisius. Aku sih pengennya di rumah saja, ngemong anak, nunggu suami pulang kerja, masak kesukaannya dia, begitu kata wanita yang family oriented. Yah banyak lagi macamnya. Coba deh tanyain ke mereka, seambisius apapun wanita karir dan pengejar pendidikan, nanti ada masanya dia ingin mencari pasangan dan membangun keluarga. Terlalu lama sendiri ternyata telah memberikan kesempatan kepada akar kesepian menghunjam ke relung hatinya, sesungguhnya pengen ada yang menemani!
Pernikahan, oh pernikahan…. Membuat bulir air mata jatuh dari mata seorang wanita yang merelakan ambisinya untuk menjadi wanita karir sukses, dari mata seorang wanita yang bermimpi untuk berpetualang sendiri keliling dunia, dari mata seorang wanita yang ingin mendidikasikan hidupnya untuk kemanusiaan, mereka akhirnya dengan tulus dan besar hati mengecilkan mimpi besar mereka dan memutuskan untuk menikah dan membangun keluarga bersama dengan lelaki yang dia percaya dan dia cintai. Mengikuti tiap langkah kaki sang lelaki dan mendukungnya dengan tulus. Berada disampingnya, memastikan mental suami tetap sehat agat bisa selalu siaga menjaga pondasi keluarga agar tetap kuat. Seorang istri yang kuat dan independent tidak dapat dilihat dari bagaimana dia tetap bisa berkarir dengan gemilang namun tetap bisa menjaga anak dan keluarga, tapi dilihat dari bagaimana ketabahan dan kesabaran dia dalam mengurus keluarga, dilihat dari bagaimana matanya tetap teduh ketika keluarga dilanda masalah, bagaimana suaranya tetap tenang ketika berbicara dengan suaminya walaupun hatinya rasanya sedang disayat-sayat. Wanita yang kuat dan independent adalah wanita yang tetap teguh pada keputusannya tanpa merasa bahwa keputusan dan pilihan itu bukanlah yang dia ambil, tapi dia tetap bertanggung jawab terhadap setiap langkah yang dia ambil terlepas bahwa sebenarnya itu dilakukan karena mengikuti perintah suami.
Tulisan ini bukanlah sebuah ungkapan penyesalan atau kegundahan hati, apalagi tentang duka yang dirasakan wanita yang merasa terpaksa direnggut kebebasanya sebagai wanita yang independent. Tapi lebih ke tentang bagaimana seorang wanita begitu besar hatinya, untuk tidak memikirkan dirinya sendiri dan melihat jauh ke depan bahwa hidupnya bukan sekedar tentang dirinya sendiri, tapi tentang bagaimana jangan sampai cintanya tidak hanya ada di satu tempat tanpa sempat dibagi kepada orang yang membutuhkan, kepada suaminya dan kepada anak-anaknya.

Picture taken from : 
http://www.playbuzz.com/chelseybrown10/what-wedding-theme-should-you-have