Thursday, November 20, 2014

Seberapa pentingkah akademik?

On this opportunity, I want to write about my opinions . I want to share my thought about how my perspective towards academic and IPK.

Banyak orang yang mencemooh bagaimana orang-orang sangat mempedulikan nilai mereka. Banyak orang mencemooh ada orang yang memilih untuk belajar tekun dan mengurangi kegiatan selain belajar. Banyak orang yang berkata bahwa ‘IPK mu tidak menjamin keberhasilanmu!’, lantas
bagaimana pendapat saya tentang itu?


Menurut saya IPK itu penting. Saya bukan orang yang memiliki orientasi di bidang entrepreneurship, saya tau bahwa saya belum memiliki minat terhadap itu. Saya orang yang ingin bekerja di perusahaan atau melanjutkan S2 di luar negeri. Bagi saya IPK penting karena merupakan kunci untuk membuka pintu ke jalan menuju impian saya, dan it’s okay bagi orang-orang diluar sana yang tidak setuju.

Saya seorang mahasiswa tingkat 3 pertengahan, sekarang di semester 5. Saya mengambil jurusan Kimia di Fakultas Mipa universitas Gadjah Mada. Sudah sejak SMA kelas 1 saya menempuh pendidikan di Yogyakarta, mempunyai mimpi untuk masuk UGM semenjak kelas 1 SMP dan berjuang keras untuk itu hingga akhirnya tercapai sekarang. Sempat ingin masuk FKH, FK dan Teknik Kimia. Namun, Alhamdulillah Tuhan punya rencana lain dan meletakkan saya di jurusan Kimia.

Dari SMA bahkan SMP, saya sudah menyukai segudang aktivitas organisasi dan kepanitian. Saya mengikuti Tonti, sempat Osis, Basket, dan macam-macam kepanitian skala kecil ataupun besar. Pulang sekolah pada saat SMA sebenarnya jam setengah 2. Namun karena harus mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut, saya biasa pulang jam 5 sore, bahkan habis magrib ataupun malam. Hampir setiap hari dalam seminggu saya menghabiskan waktu sampai magrib di sekolah, rapat, latihan tonti atuapun latihan basket. Bahkan saat liburan semester hampir tiap hari tetap datang ke sekolah untuk rapat dan membahas kegiatan. Malamnya saya lanjutkan les bahasa inggris 3 kali seminggu atau les privat 2 kali seminggu. Begitu seterusnya hingga kelas 3 SMA, dan saya memutuskan untuk vakum dari organisasi dan kegiatan pada saat kelas 3 SMA setelah selesai mengketuai suatu event Try Out untuk anak SMP kelas 3 pada tahun 2011. Saya ingin focus belajar untuk tes masuk ke perguruan tinggi.

Bagaimana tanggapan keluarga saya terhadap kesibukan saya diatas tadi? Mama saya sering menelpon, mengingatkan untuk pulang dan jaga kesehatan. Datok dan Nenek saya sering sekali menegur saya secara lembut dan bahkan terkadang keras tentang kebiasaan saya pulang malam dan jarang dirumah. Tanggapan saya? Kesal sih ya pernah, sering mempertanyakan kenapa mereka tidak mendukung kegiatan saya padahal ini positif, namun ya sudah, saya bisa buktikan bahwa dengan segudang kegiatan saya, saya tetap tidak akan mengalami hal yang paling ditakutkan keluarga saya, yaitu nilai saya jeblok atau ranking rendah.

Seringkali teman saya mungkin melihat saya sebagai anak yang pintar, rajin, atau apalah, namun itu semata-mata saya lakukan untuk keluarga saya, dan tentu pembuktian pada diri sendiri, bahwa saya tidak akan lupa dan tetap bertanggung jawab terhadap akademik saya. Dan saya hanyalah anak yang berjuang lebih keras karena saya tau bahwa saya bukan seorang yang genius atau super cerdas yang dapat memahami materi dalam sekali baca.

Tok, Nek, Ma, pernahkan saya mengecewakan kalian dengan nilai rapot saya? Dengan IP saya? Bukankah saya selalu dengan tenang dan perasaan menang menunjukan rapot dan IP saya kepada kalian? Perasaan menang saya dapatkan karena saya berhasil mempertanggung jawabkan kewajiban saya sebagai pelajar. Saya tidak pernah kan mengecewakan jerih payah kalian dalam membiayi saya sekolah dan kuliah? Saya selalu bisa mempertanggung jawabkannya bukan? Saya tau bahwa kita bukan keluarga yang berlimpah harta nya, maka dari itu saya sadar bahwa saya harus bisa memberikan yang terbaik dalam bidang akademik saya karena itu bentuk bantuan saya terhadap keadaan keluarga.

Ya, lelah memang, terkadang saya sering menangis diam-diam ketika beban tanggung jawab organisasi, kepanitian dan akademik begitu terasa terlalu berat.  Jujur saja, semua orang pernah jatuh, namun saya bangkit lagi.

Pernahkah saya collapse? Sering. Saya sering sakit, drop, ke dokter karena kecapekan. Sering kali saya pusing karena kebanyakan begadang dan duduk lama di depan laptop. Segudang kegiatan kadang tidak diimbangi dengan istirahat cukup, makan yang makanan yang sehat dan juga olahraga. Tidak, saya bukan mengeluh, hanya saja saya ingin memberitahu, bahwa perjuangan saya memang seperti ini, dan saya merasa bahwa perjuangan ini tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan perjuangan orang-orang yang telah sukses diluar sana.

Saya ingin memiliki kehidupan yang sukses dan bahagia. Saya tau semua itu harus dicapai dengan hard working dan struggling luar biasa berat. Toh mana ada mendaki gunung yang gak capek. Pemandangan indah di atas sana worth to suffering for. Worth to fighting for.  So, I never doubt about how much happiness would I get when I know that I am already suffering for it.
Kutipan favorit saya ambil dari Albert Einstein, yaitu :

“Sesulit apapun MASALAH yang kau hadapi, JANGAN PERNAH MENYERAH! Ingatlah, orang-orang HEBAT lahir dari kesulitan yang LUAR BIASA.”

Orang-orang hebat semacam Albert Einstein, John Nash, Galileo Galilei,   Ludwig van Beethoven, Alexander Graham Bell, Steve Jobs, Mark Zuckeberg, Marie Curie, Bacharuddin Jusuf Habibie, Dan Brown dan banyak lagi lainnya lahir dari kesulitan luar biasa. Silahkan cari biografi mereka, adakah kata-kata bahwa, ‘Pencapaian mereka saat ini mereka capai dengan mudah?’.

Tak jarang saya merunduk menangis, bersujud putus asa mememinta bantuan dan belas kasih kepada Allah. Tak jarang saya marah dan mengamuk protes kenapa cobaan yang saya hadapi begitu berat. Namun, semua itu merupakan fase dan masa yang harus dilewati bukan?

Semua orang boleh kan memilih jalan hidup mereka? Semua orang bolehkan berbeda tindakan karena mereka telah memutuskan skala prioritas mereka? Bolehkah mereka memilih jalan beberbeda untuk mencapai impian mereka?

Maka dari itu, saya menyatakan bahwa sesibuk apapun saya di organisasi dll, saya pasti tetap mempriotaskan akademik saya, kerena akademik itu sangat penting bagi saya, keluarga saya, dan merupakan step saya untuk mencapai impian saya. 



Tuesday, November 11, 2014

Might this letter comes to you, Bapak.


Tulisan ini untuk Bapak.
Ya, bukan bapak saya, tapi bapaknya Bang Ade, anak bungsu kesayangan bapak.

Bapak, selamat beristirahat. Selamat jalan, saya yakin bapak telah tenang sekarang. Terbebas dari rasa sakit yang dari tahun 2011 diketahui menghinggapi tubuh bapak. Bapak telah berjuang, bapak kuat, Allah tau itu.

Pak, kita berdua hanya pernah bertemu saat Ade wisuda. Singkat, Pak. Tidak mungkin cukup untuk kita saling mengenal. Namun, saya sudah merasa sangat mengenal bapak, melalui cerita-cerita dari Ade, dan jauh lebih mengenal setelah saya dengar kisah-kisah yang saling dilemparkan oleh ibu, anak-anak bapak dan keluarga bapak setelah kepergian bapak. Semuanya pasti cerita baik pak. Tawa, canda dan senyum saling dilemparkan ketika mengenang bapak.

Saya jadi tau apa kebiasaan bapak, jalan yang sering dilalui bapak di Pontianak, apa makanan kesukaan bapak, bahkan baju mana yang sering bapak pakai semasa hidup.

Pak, Kamis Pagi, tanggal 6 November 2014, Ade menelpon saya mengabari keadaan bapak. Mendengar suara parau dan tertahan dari anak bapak, mengatakan kalau bapak koma. Saya menangis pak. Saya takut keluarga bapak akan kehilangan bapak, saya bisa merasakan kesedihan mendalam yang dirasakan keluarga bapak.

Pak, saya ingin menjenguk bapak. Tapi terlambat, Pak. Saya datang, tepat sebelum bapak dimakamkan. Di hari Jumat keesokannya, sehabis hujan. Bau tanah yang dibasuh air hujan melepas kepergian Bapak. Maaf Pak belum sempat menjenguk dan salim lagi sama Bapak.

Pak, saya ingin berterima kasih. Bapak telah menjadi bapak yang luar biasa, dan anak-anak bapak sungguh anak-anak yang beruntung mempunyai bapak seperti bapak Addy Moelono. Bapak kuat, bapak menjadi tauladan bagi anak-anak bapak dan bapak sangat melindungi keluarga Bapak.
Saya merasa beruntung bisa bersama dengan anak hasil didikan bapak, yaitu Ade. Dan Ade bukanlah Ade Setio Nugroho jika bukan karena didikan bapak.
Saya juga merasa senang bisa mengenal Mbak Eka, Mas Bowo, dan Mbak Neni. Anak-anak kesayangan bapak.
Saya juga senang bisa mengenal Ibuk, wanita tercinta bapak. Ibuk yang tabah dan kuat.

Pak, Ade sering bertanya kepada saya. Apa bapak bahagia dengan apa yang telah diberikannya kepada bapak hinga saat terakhir? Saya langsung senyum Pak. Saya jawab tentu bapak sudah puas. Dilimpahi kasih sayang dan perhatian dari anak bapak yang tida tara nya. Bapak pasti pergi dengan bahagia, apalagi anak-anak bapak dengan kompak menjaga Ibunya.

Sudah ya, Pak. Itu dulu. Semoga saya bisa menjadi bagian dari keluarga bapak, terima saya kelak ya.
Bahagia disana ya Pak, di sisi Allah dan Rasulullah. Semoga mendapatkan rumah yang indah di surga untuk peristirahatan terakhir, Barakallah.

Pontianak, 10 November 2014.
Waiting room bandara Supadio.
Di kala badai hujan, menunggu boarding untuk pulang ke Yogyakarta.
Zaneta Descara

Saturday, September 6, 2014

Kerinduan Allah

Allah mungkin sedang rindu kepada saya
Melalui rasa sakit dan luka Dia menyampaikannya

Allah sedang rindu kepada saya
Melalui kecewa dan sakit hati Dia menjabarkannya

Allah sungguh rindu kepada saya
Melalui waktu yang sempit dan tidur yang sering terjaga Dia membisikannya

Allah membisikan cintanya melalui air mata yang jatuh membasahi pipi ini
Bulir air mata tidak berbicara, namun selalu setia..

Ya Allah...


Ya Allah..
Ya Allah..

Sunday, August 31, 2014

Memory III


Di malam minggu yang sangat main stream, Aku dan Bang Ade memutuskan untuk pergi nonton. Kencan di malam minggu merupakan suatu hal yang sangat jarang kami lakukan. Ya namanya juga pasangan LDR, bisa malam mingguan itu suatu nikmat yang harus kami syukuri, hahaha.
Di mulai malam itu, akhirnya kami memutuskan untuk nonton di Empire XXI. Begini lah sepenggal percakapan konyol kami,

Him : *memaki* mainstream banget yak kita malam minggu nonton?
Me  : *ngakak* iya e, asem lah ini mainstream banget. Malam minggu, udah tau rame, tetep aja pergi nonton.
Him : udah jam segini nih, dapet tiket gak ya? mana belum sempet makan lagi.

(rencananya kami mau nonton yang jam 8, saat itu udah jam set8, dan kami belum pergi makan, padahal dibolehin pergi sama mama itu aku main sampe jam set11)

Me : hmm, aku berharapnya sih ga ada, biar kita bisa ngehabisin waktu berdua, ngobrol-ngobrol selow hehe
Him : yaudah, di coba aja dulu ya, mumpung udah di sini juga..
Me : oke sayang.. *ngelendot kayak kucing gatel, LOL*

Akhirnya kita masuk ke empire dan tadaaaa, antriannya pendek ternyata hahaha..

Me : antriannya pendek, *nyengir*
Him : iya nih dapet gak ya tiketnya?
Me : yuk, antri dulu

Ternyata kami memang ditakdirkan untuk nonton malam itu. Tersedia dua tiket di tempat yang strategis di barisan yang termasuk belakang. Yasudah, kami memutuskan untuk beli tiket dan mencari makan sambil menunggu jam 8.
Kami berjalan kaki keluar berdua, bergandengan tangan, berencana mencari lamongan di sepanjang jalan solo. Well, binar mataku gak bisa dipungkiri, aku senang banget saat itu. Entah, gak bisa di deskripsikan, tapi rasa senangnya kebangetan. Senang bisa pergi berdua, melakukan aktivitas selayaknya orang pacaran, nonton malam minggu.
Sayangnya, setelah berjalan beberapa saat, kami tidak menemukan ada lamongan di dekat sini. Akhirnya kami memutuskan untuk jajan di depan giant, beli takoyaki dan ayam crispy. Lumayan, mengisi perut sebelum nonton. Baru jam 8 kami kembali ke Empire, masuk studio 1 dan film pun di mulai.

Sehabis nonton.
Me : duh, kok rasanya kayak first date aja nih hahaha
Him : iya, kayak orang baru pacaran aja dah
Me : hihi, biarin deh, yang penting seneng banget rasanya malam ini
Him : Iya yak? Aneh ya...

I cannot explain it. Tapi rasa senangnya itu kebangetan. It just a simple date. A very common date. But I feel very happy and that night was so special. Maybe because that night would became the last night before he came back for work. I feel that I might be missing this moment. Every moment with him is a treasure.


"If tommorow never comes
Will he know how much I loved him
Did I try in every way to show him every day
That he's my only one
And if my time on earth were thtough
And he must face this world without me
Is the love I gave him in the past
Gonna be enough to last
If tomorrow never comes"
Ronan keating's if tomorrow never comes 



I wish, it could happened again. I wish nothing is change between us. Sorry....

Monday, August 25, 2014

Why Him?

Ada dia sekarang dalam hidup saya.
Ada dia sekarang yang saya yakini.
Ada dia sekarang yang saya percaya.
Kenapa memilih dia? 

'Dia yang bisa saya ajak berdiskusi ketika ada masalah, dia yang cukup konsisten untuk terus ada dalam hidup saya yang tidak sempurna, dia yang punya semangat untuk membangun masa depan yang lebih baik berdua.'

Itu lah jawabannya kenapa Dia.

My First Hiking Experience (PART I)




Pagi menyambut di tanggal 20-21 Agustus 2014. Alarm saya set pukul 5 pagi, namun pukul set5 pun mata ini sudah melek sendiri. Kebiasaan dari dulu memang begini, sulit tidur atau terbangun lebih awal jika akan menghadapi sesuatu yang membuat saya super excited. Yak, apa sih yang membuat saya begitu bersemangat hari itu? Jawabannya adalah, Mendaki Merapi. Merapi? Apa sih istimewa nya Merapi?

Merapi ya... Simple, tiap pagi jika cerah, maka saya bisa melihat kekokohan Merapi yang asri dari balkon lantai dua rumah saya di Kampung Klebengan. Sejuk, kokoh, sulur-sulur cokelat menjalar di raga nya. Seperti urat nadi yang menyembul memaparkan kekuatan. Lantas, apa lagi yang membuatnya istimewa di mataku? Ya, siapa lagi kalau bukan karena Ade Setio Nugroho. Binar matanya ketika menceritakan Merapi membuat saya tertarik. Menarik saya untuk bisa melihat langsung apa saja yang telah dilihatnya di Merapi. Menginjakan kaki di tempat dia pernah berpijak. Memandang sunrise dan sunset melalui mata saya sendiri.

Izin tuk mendaki jujur saja tidak mudah saya dapatkan, namun singkat cerita, setelah bernegosiasi sedikit dengan keluarga, akhirnya izin mendaki saya kantongi, yahoo! I never expected that they will give me the permission. Pernah saya meminta izin dulu namun di tolak mentah-mentah. Sepertinya zaman telah berubah, saya mungkin sudah dinilai cukup untuk menjaga diri sendiri. Well actually tidak juga kok, hahaha, Karena bawa-bawa nama Ade lah mungkin saya diizinkan, Bang Ade yang keluarga saya tau bahwa dia sering naik gunung pasti dikira bisa menjaga saya agar selalu aman disana #uhuk.

Lantas, pagi itu, jam 9 pagi saya dijemput Abang untuk bersiap-siap, menyewa perlengkapan, sarapan, serta packing. Saya sudah packing bagian saya sendiri semalam, tidak banyak barang, hanya perlengkapan pribadi dan beberapa bumbu dapur. Sangat simple untuk pemula, bahkan saya membantin, 'Kowe ki meh munggah gunung opo piknik tok? Bawaane sitik, bingung meh ngopo, weh jan.' Pardon my language, but yeah, I feel like the dumbest at that time. Dunno what to do, what need to prepare. Semuanya aku serahkan sama Bang Ade, Bang Hadi dan Bang Tono. Bengong aja liat mereka mondar-mandir packing di kamar kost Bang Tono. Bengong aja liat Bang Ade masang tampang serius tapi nyebelin sambil masukin ini itu ke carrier. (It turned out that he was upset to me because of my joke about me being bald, hahahaha).

After a couple of hours, finally we finished packing. 3 carriers was ready for use. Saya dan bang ade akhirnya berangkat duluan, namun sebelumnya kami mengambil narcissistic stick. Ups, apa itu? hahaha itu bahasa kerennya dari Tongkat Narsis a.k.a tongsis saudara-saudara. Untuk berfoto ria di gunung. Jangan sampai melewatkan momen narsis dengan view yang menakjubkan.

So, singkat cerita, semuanya berjalan lancar, SAMPAI...... Bang Hadi sadari, ternyata kami lupa membawa nasting. Muka bego plongo pun keluar, bawa bahan masak serta kompor namun tak bawa alat memasaknya saudara-saudara. HAHAHAHA... Tapi, semua itu bukan masalah, semua bisa diusahakan, dengan bermodal luck, kami berencana untuk menyewa nasting di basecamp, ada atau tidak pun memang tidak ada jaminan, tapi so what? (Oke ini jangan ditiru, make sure buat list perlengkapan dan cek ulang sebelum berangkat. hahaha)
Toh untungnyaaaa... Mbah yang jaga basecamp memiliki nasting. Fyuh, what a relieve. Jadi deh masak-masak di atas nanti. :P

Pukul setengah 3 sore akhirnya kita nyampe di basecamp Barameru, di atas Desa Plalangan, Kec. Selo, Kab. Boyolali. Kita mau mendaki melalui jalur Selo. Di basecamp kami nge-charge energy, makan siang bersiap-siap. Bertemu dengan 3 orang pendaki lain yang baru saja turun. Ketiga orang itu asalnya dari Jakarta. Bang Ade dengan celana sobek dan manset serta carrier dipundak sempat saya abadikan melalui foto. Leher panjang dengan tempurung besar, saya katai dia kura-kura. Hahaha. (Pasti dia langsung manyun baca bagian yang ini.)

Ade Setio Nugroho

Sekitar pukul setengah 4 sore kami berempat memutuskan untuk start! Nah, cobaan pertama muncul. Kami harus berjalan sekitar 20menitan melalui jalan bersemen yang lumayan menanjak. Nafas saya memburu, kaki saya mulai terasa pegal. Kami berempat berjalan perlahan sambil mengatur nafas. 'Ini lah cobaan pertama, nih.' kata Bang ade sambil nyengir kepadaku. Aku balas nyengir sambil menggeleng pelan. 'Huft banget lah, ya'. Beberapa menit berjalan, saya meminta berhenti sebentar,'My heart beating so fast'. 'Dont worry, normal kok, penyesuaian, lama-lama juga biasa.' jawabanya. Beberapa kali saya meminta untuk berhenti, mengatur napas, berusaha mengatur irama. Ini baru awal, bagaimana nanti ya? Ah sudahlah, semangat!

Sampailah kami di New Selo, ada tempat parkiran serta kios-kios yang menjajakan makanan dan minuman. Peluh keringat sudah mengintip dari balik kaos tipis saya. Beberapa kali saya terbesit pikiran-pikiran eperti, 'Aseli lah lu lemah banget, Net!', 'Wah, malu dong, Net!'. Saya tembak habis-habisan mental dan semangat saya. Namun saat itu belum satupun keluhan yang meloncat dari lidah saya.

Selanjutnya adalah saatnya memasuki jalan setapak dengan rerimbunan pohon di samping kanan dan kirinya. Dengan tanah dan batu yang harus ditapaki. Dari sini lah perjalanan yang sebenarnya di MULAI.... :)


Lanjut ke Part II

Sunday, August 10, 2014

Pengalaman berharga bagi Pengguna Jasa seperti Saya (Part 2)

Seminggu belakangan ini, Saya harus bolak-balik ke puskesmas untuk mengecek keadaan Saya. Beberapa hari bertemu dengan dokter tersebut (masih dokter yang sama), Saya semakin mengetahui bahwa beliau sangatlah perhatian terhadap pasien. Beliau mengkomunikasikan semua yang berhubungan dengan keadaan Saya, menjabarkan setiap kemungkinan dan memotivasi Saya agar menjalani hidup sehat. Berbicara dengan beliau seperti berdiskusi dengan teman. Perasaan nyaman pun terbangun dan rasa sungkan berkurang.
Bahkan waktu giliran Saya diperiksa, tiba-tiba saja ada seorang Ibu yang masuk ke ruangan, meminta konsultasi lanjutan dengan dokter setelah gilirannya selesai, dan bukannya menegur atau marah, tapi beliau langsung memerika ibu itu dengan sabar dan memberikan candaan. 
Diakhir pertemuan Saya beliau, ‘Kenapa ya, Dokter di rumah sakit tidak banyak berkomunikasi dengan pasien, Dok?’
Dokter tersebut tertawa kecil,’Ya wajar aja toh mbak, Rumah sakit itu kan rame, pasien yang datang juga banyak, mereka juga waktunya terbatas, jadi tidak bisa memeriksa lama-lama. Kalau kami kan dokter keluarga, memang sewajarnya memberikan pelayanan dan konsultasi kepada pasien.’

Saya akhirnya mengerti. Kesibukan para dokter di rumah sakit menyebabkan para dokter kurang perhatian terhadap pasien. Mungkin anda sadari, jika di rumah sakit maka dokter yang dating mengcheck up hanya menyempatkan diri barang 5 menit atau 10menit.Jam terbang yang tinggi menyebabkan dokter di rumah sakit tidak bisa memberikan perhatian yang banyak untuk setiap pasien yang mereka tangani.
Apalagi dibagian UGD, dalam 5 menit aja bisa 2-3 pasien yang datang, mereka harus bergegas melakukan tindakan dan profesional. Mau melihat darah bergelimpangan atau mendengar teriak kesakitan dari pasien mereka harus tetap bisa tenang. Dan itu membuat mereka terkesan dingin, padahal mereka hanya menunjukan profesionalitas.
Lantas, dengan pengertian yang saya terima sekarang ini, Saya jadi bisa merubah pemikiran Saya. Bahwa ya memang beginilah keadaan yang ada, dan apabila Saya marah atau tak terima, maka itu hanya akan membuat emosi saya lelah. Ada setiap kriteria kondisi dan saya harus paham betul harus seperti apa di setiap kondisi.
Beberapa pengalaman ini tidak akan bisa saya dapatkan dari orang lain, yang ada hanyalah jika saya mengalami sendiri, sehingga benar-benar memahami. Learning by doing memang bukan cuman kiasan semata, tapi memang itu sangat cocok bagi Saya J.

Wednesday, August 6, 2014

Pengalaman berharga bagi Pengguna Jasa seperti Saya

Malam lebaran saya lalui dengan perasaan yang luar biasa. Luar biasa disini karena saya merasakan perasaan kesakitan, kekhawatiran dan juga perasaan bersalah, pokoknya campur aduk!
Saya melalui malam lebaran dengan merepotkan keluarga Saya karena tiba-tiba saja perut kanan saya sakit sekali hingga menjalar ke punggung. Alhasil malam itu juga, saya masuk IGD. Saya dibawa ke salah satu rumah sakit di Yogyakarta yang cukup terkenal. Jujur saja dari awal saya dibawa ke rumah sakit, yang ada dipikiran Saya adalah pasti apabila Saya sampai dirawat, pasti akan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Saya tidak tau apakah sakit Saya ini membawa hikmah di akhir bulan Ramadhan ini, entah kenapa Saya malah diberikan cobaan yang seperti ini, mana sampai merepotkan keluarga pula. Dalam hati saya tetap berdoa dan berharap semoga sakit saya hanya penyakit ringan dan bisa ditangani dengan segera. Saya tidak mau mengkhawatirkan keluarga Saya dan orang yang saya sayangi.

Alhamdulillah setelah diberikan suntikan pereda sakit dan diobservasi oleh dokter, Saya dibolehkan pulang sambil diberi obat sementara. Besoknya Saya harus istirahat total dan tidak bisa mengikuti sholat Ied. Esoknya Saya diperiksa oleh dokter umum dan benar saja dugaan Saya, bahwa penyakit infeksi saluran kemih Saya kambuh, dan hasil tes urin nya positif. Berhari-hari berlalu dan akhirnya Saya diberikan perawatan jalan, diberikan antibiotik.
  
Setelah pulang dari Pangandaran bersama keluarga, Saya berniat untuk check up lagi karena masalahnya adalah perut saya masih sering sakit sedangkan obat yang diberikan sudah habis. Atas saran keluarga Saya, Saya meminta rujukan ke rumah sakit menggunakan Askes ke puskemas terdekat. Tujuannya adalah agar Saya bisa mendapatkan potongan saat periksa ke dokter spesialis penyakit dalam. Waktu itu Saya benar-benar tidak tau bagaimana cara meminta rujukan dan apa saja yang harus dibawa. Dalam keadaan yang tidak begiru sehat, Saya akhirnya pergi ke puskesmas tersebut. Disana Saya diminta untuk mengisi formulir dan menunjukan kartu Askes Saya. Saya akhirnya mengantri dan dipanggil ke ruangan periksa khusus pasien Polis. Saya bertemu dengan seorang dokter perempuan, lalu beliau menanyakan apa keluhan Saya, akhirnya Saya ceritakan riwayat ISK Saya. Lalu diakhir penjelasan Saya, beliau bertanya,'lalu apa tujuan Anda kesini?' Saya kaget, dengan nada yang begitu dingin tanpa basa-basi dokter itu bertanya demikian. Akhirnya Saya bilang 'Saya berniat untuk meminta rujukan, dan Saya tau bahwa Saya harus melalui pemeriksaan oleh Dokter terlebih dahulu dan jika perlu baru diberikan rujukan. Namun entah kenapa, baru saat ini Saya menyadari sepertinya waktu itu Saya salah bicara atau karena memang sudah siang, mungkin Dokternya sudah lelah sehingga Dokter itu menjadi tersinggung.
'Anda bawa obat dan hasil tes lab?' tanyanya dengan nada dingin.
Saya gugup, Saya tidak tau bahwa harus membawa obat saya dan hasil tes lab saya. Memang saya sadari saya terlihat bodoh dan tidak mencari informasi terlebih dahulu. 
'Saya lupa dok, Saya juga tidak tahu kalau harus bawa hasil tes urin dan obat saya.'
Dokter itu terlihat semakin dingin, 'Lalu gimana? Ya tidak bisa lah saya ngasih rujukan nggak ada dasarnya.'
Saya kaget dengan perkataan dokter itu yang ketus.
'Sa..Saya tidak tau dok, kalau memang butuh bisa Saya ambilkan sekarang, rumah saya dekat kok, Dok.'
'Boleh aja sih, tapi saya  jam 12 udah pulang.' jawabnya tanpa melihat wajah Saya.
Saya hanya diam saja. 'Saya tidak tau, Dok. Maaf.'
'Begini saja, Saya ya tidak mau memberikan rujukan tanpa dasar, buat apa saya sekolah.' katanya, 'Begini saja, besok dibawa, kesini lagi jam 8 pagi, saya piket lagi.'
Saya mengangguk. ' Baik, Dok. Makasih..' lalu saya berdiri dan keluar dari ruangan tanpa sedikitpun ditanggapi oleh Dokter tersebut.
Rasanya kesal, kesal karena saya diperlakukan tidak ramah dan kesal karena ketidak tahuan saya yang membuat saya terlihat bodoh disana.
Hari itu perasaan Saya didera kekesalan yang amat sangat dan saya menyesalkan bahwa beberapa pemberi jasa kesehatan banyak sekali yang tidak bersikap ramah terhadap pasien. Beberapa kali, bagi kami pengguna jasa polis seringkali diberlakukan dingin, tidak ramah.Pikiran-pikiran jahat sudah berkecamuk dalam otak saya. *Sobs* T_T

Keesokan harinya seusai janji, Saya bertemu Dokter itu lagi, dan ternyata beliau menjadi ramah dan menyenangkan. Beliau meluangkan waktu cukup lama untuk berkonsultasi, tidak tergesa-gesa dan menjelaskan dengan sangat detail tentang penyakit Saya. Saya menduga mungkin saja kemarin itu alasan nada tinggi suara dokter tersebut karena bawaan asal dan juga karena ketidak tahuan saya yang meminta rujukan tanpa tahu prosedur. Namanya juga manusia, Saya kesal karena sedang sakit dan Dokter itu kesal karena kedatangan pasien yang menyebalkan *Sigh*

Dari prespektif saya sekarang, saya sadari bahwa seringkali dengan meminta rujukan langsung ke puskesmas atau dokter keluarga terdekat, kita telah memandang rendah kemampuan dokter tersebut. Dengan bersikap seperti itu, secara tidak langsung ktia tidak mempercayai pelayanan dari dokter Puskesmas dan dokter keluarga  yang kita mintai rujukan tanpa meminta pemeriksaan dan penanganan terhadap penyakit kita.
Wajar saja jika Dokter tersebut menjadi tersinggung. Apalagi pasti dalam sehari ada beberapa pasien yang tidak tahu seperti saya, asal minta rujukan ke rumah sakit. Duh malunya Saya.. -__-

Saya menyadari bahwa pengalaman ini sangat berharga bagi saya. Dan lucunya ya, Saya baru ingat, ternyata pelayanan Dokter di Puskesmas ini jauh lebih baik dan hangat dari pada pelayanan Dokter yang ada di rumah sakit yang saya pernah datangi. Ya, saya tidak mau mengeneralisasi, namun beberapa dokter di rumah sakit yang pernah saya datangi, pelayananannya memang kurang jika dibandingkan dokter di puskesmas atau dokter keluarga yang jauh lebih ramah dan komunikatif dengan pasien.
Saya jadi tidak lagi memandang sebelah mata pelayanan di Puskesmas kecil dan mengerti prosedur penggunaan Askes. 
Jadi, jangan pernah ragu untuk mendatangi puskesmas terdekat dan memeriksakan diri Anda. Jangan khawatir dan percayalah. Namun juga memang tidak semua tempat baik dan tidak semua tempat buruk, Pintar-pintar Anda menilai sebaik apa jasa pelayanan yang Anda terima. :)

Tuesday, June 3, 2014

Aku harus bisa menghindari Bahaya

Kau tau apa yang tak kunjung hati ini kenali?
Bahaya akan rasa dengki dan sombong
Bahaya akan kekhawatiran yang meracuni mimpi dan kepercayaan diri
Bahaya akan kekosongan semangat dan bara api keoptimisan
Hati ini ada didalam zona nyaman yang begitu tak ada perlindungan
Jangan sampai salah langkah dan jangan meragu
Karena ikuti hati nurani, logika dan dia sudah Satu
Aku akan melangkah bagai terbang, tak takut hati ini rusak
Dan tak takut mimpi ini hancur
Karena aku percaya, pada sayapku untuk membawaku melayang J


Bidadari menggoda


Sudah semasa aku lewati dengan senyum ragu menuntun rindu
Gelak tawa, gurauan manja menyertai gerlingan manismu.
Kicau lembut, tawa renyah, mata jenaka, kau sungguh menggoda
Cantiknya parasmu, merdunya suaramu, keelokanmu bagai bidadari surga
Helaan nafasku tak kunjung mereda, aku sungguh berhasrat, untuk memilikimu

Saturday, April 5, 2014

Evaluasi diri

Sedih rasanya, sebagai manusia, jika lalai menjaga dan merawat kucing-kucing peliharaan..
Bingung gimana menjaga kesehatan mereka...
Padahal budget untuk melihara sedikit..
Punya uang sendiri untuk membawa mereka ke dokter dan perawatan kesehatan yang memadai juga belum..
Memberi makan yang bergizi dan sehat juga tidak bisa..
Ketika mereka sakit, sedih rasanya..
Melihat mereka lemes nggak berdaya..
Melihat mereka mendadak kurus dan tidak bersemangat..
Rasa-rasanya tuh hati ini kayak teriris..
Gagal menjaga mereka agar tetap sehat..
Gagal memberikan mereka kehidupan yang layak..
Merasa sangat tidak bertanggung jawab.
Sedih sekali...

Sedih ini juga sama ketika melihat adik-adik ku sedang sakit dan terluka hatinya..
Sedang lemah semangatnya ketika mendapatkan kesulitan..
Menjadi kakak atau pemelihara yang tidak bisa becus memberikan yang terbaik..
Buat apa aku sibuk menjadi organisator dan akademika yang sukses jika dalam merangkul dan menjaga orang-orang yang aku sayangi aku gagal?
Buat apa sukses di tangan jika orang-orang terdekat merasa terabaikan?
hhhaah...

Get well soon kucing-kucingku tersayang..
Good luck dan lancar UN SMP nya adikku...
Semoga naik kelas rapot nya bagus adik bungsu..
Lancar bisnis barunya Mama..
Semoga diberikan kemudahan peluang usaha buat Papa...
Aamiin..

Analyze

“Tak perduli sebesar apapun amanah yang kamu emban
Asal kamu  tetap dengan ikhlas mengemban amanah itu dan tidak mengkhianatinya
Walau tak ada satupun yang tau sebesar apa pegorbanan dan keikhlasanmu
Tapi percayalah bahwa Allah  SWT tau dengan pasti sebesar apa itu
Percayalah bahwa tak ada sesuatu yang sia-sia dan Allah tersenyum melihatmu berjuang”

Pada 16-17 Desember 2013 di ruang T2.01 diadakan Musyawarah Besar LSiS tahun 2013.
Aku nggak akan membahas apa saja yang dibahas selama Mubes itu, tapi aku ingin mengutarakan, bagaimana perasaanku terhadap Mubes tersebut dan khususnya terhadap LSiS.
Aku menjadi faham betul bahwa dalam lingkaran kecil LSiS ini saja, begitu ragamnya orang-orang yang di dalamnya. Begitu ragamnya buah ide dan pemikiran dari tiap orang. Begitu ragamnya pandangan dan mind site mereka.
Luar biasa sekali pengalaman yang Aku dapat selama ini, selama mengikuti organisasi dan segala macam kegiatan-kegiatan yang ada. Aku menjadi kenal dengan banyak tipe orang, bagaimana pemikiran orang lain, bagaimana sikap tindakan banyak orang. Sungguh, semakin Aku memperhatikan, berinteraksi, dan menganilis tiap orang pada kesempatan yang ada, aku menjadi menemukan banyak pelajaran dan cerminan. Aku menjadi lebih faham bahwa tiap orang itu sungguh berbeda, sedikit banyak tidak lah ada orang yang sama dengan kita. Pemikiran, pendapat, sikap, atau apalah yang lainnya. Banyak perbedaan pendapat, ideal yang menurut kita belum tentu ideal menurut orang lain. Bahkan ketika kita menganggap sesuatu itu begitu pas dan tepatnya untuk menjadi suatu kerja nyata, belum tentu rencana itu adalah rencana terbaik bagi orang lain, malah sangat mungkin bahwa buah ide kita itu merupakan suatu yang  sangat tidak ideal, dan sangat tidak pantas bagi orang lain.
Begitu banyak orang yang dengan bangga menyuarakan pendapat mereka, suara mereka, kritisi mereka terhadap suatu objek. Ada yang dengan lantang ingin mempertahankan pendapatnya bagaimanapun juga keadaanya, ada pula yang dengan lapang dada mau menelaah kembali dan mengikuti buah ide orang lain yang menurutnya lebih matang dan pantas bagi suatu objek itu.
Aku mengamati begitu banyak orang yang dengan tanpa lelah dan keluh memperjuangkan apa yang menurut mereka pantas diperjuangkan. Apa yang diperjuangka tiap orang juga tidaklah sama, prioritas dan motif dari suatu perjuangan juga tidak lah sama. Tidak lah bisa dipaksakan setiap orang untuk memperjuangkan hal yang sama dengan motif yang sama pula. Walau terlihat dari lapisan luar bahwa orang itu sama, namun saya yakin di dalamnya pasti berbeda, sedikit ataupun banyak.
Aspek lain yang aku amati selama ini adalah masalah kepempinan, aku sering sekali menerka, apa motif seseorang untuk menjadi seorang pemimpin, apa yang ingin mereka dapatkan atau apa yang ingin mereka berikan? Apa yang membuat mereka ingin atau mau menjadi pemimpin? Apa ada sesuatu dibalik itu?
Aku menyimpulkan sesuatu, bahwa menjadi seorag pemimpin tidaklah sama dengan seorang penguasa. Aku tidak ingin menjudge seseorang yang mecalonkan diri menjadi pemimpin, bahwa mereka itu adalah seseorang yang ingin menguasai.
Aku ambil saja kasus nyata dari apa yang sedang terjadi di dinamika kampus ku ini. Sedang marak sekali musim pemira. Pergantian cabinet-kabinet, pergantian pengurus harian, pada semua organisasi dan lembaga. Aku mengamati dan menerka-nerka, bahkan jika ada kesempatan, aku ingin bertanya langsung dengan calon pemimpin itu, apasih yang mereka ingin lakukan jika sudah menjadi pemimpin? Apa sih maksud dan tujuan kalian? Benarkan kalian ingin melayani? Sejujurnya tanpa ada dasar pencitraan, apasih motif dibalik semua ini?
Tidak, sungguh sama sekali tidak ada salahnya jika ada motif dibalik semua itu. Hanya saja, apakah kalian bisa menjadi seorang pemimpin yang mau berusaha dengan ikhlas dan penuh pengorbanan? Apakah siap untuk mengenyampingkan urusan pribadi, hasrat pribadi, atau  apapun itu yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan diri sang pemimpin? Karena sesekali pasti anda akan berhadapan dengan situasi dimana anda dituntut untuk itu.
Entah kenapa, apa yang aku amati selama ini sungguh beragam dan sangat menarik. Menjadi cerminan terhadap pribadi diri saya sendiri..
Ada orang yang begitu lembut dan begitu keras..
Ada orang yang kadang lembut kadang keras..
Ada orang yang begitu lantang atau begitu diam.
Ada orang yang kadang lantang dan kadang diam.
Tak ada yang salah atau benar menjadi seseorang pribadi berkarakter di dunia ini.
Tidak semua bisa terima dan juga tidak semua akan menolak.
Tidak semua bisa setuju dan tidak semua juga akan menentang.
Tidak ada yang ideal, tidak ada yang sempurna.
Maka tidak sama sekali ada gunanya jika kita membenci, memaki, mendendam atau merutuki itu.

Matahari memang tak selamanya bersinar cerah dan pelangi tak selalu ada.
Banyak sekali hal tak terduga yang akan kita hadapi.
Hal-hal ironis terjadi di depan mata, ada yang pilih diam ada yang pilih bertindak. Ada yang bertindak tanpa dukungan, ada yang mundur perlahan karena kurang dukungan.
Ada yang berjuang sendiri dengan sabar dan ikhlas, namun diinjak-injak oleh yang tak perduli.
Dunia itu hitam putih, dunia itu jelas bagiannya. Tak ada yang salah di dalam tiap bagian itu. Kau akan selalu menemukan bagian-bagian baru di dalam hitam putih tersebut. Dan kau akan sadar bahwa spectra warna putih itu pun adalah kumpulan dari warna-warni.
Kau tidak akan pernah tau seberapa kapasitasmu, seperti apa karaktermu, dan bagaimana tindakanmu sebelum kamu benar-benar tercebur kedalam suatu kondisi yang belum pernah sama sekali kamu sentuh.
Lembar demi lembar fase kehidupan akan selalu kamu tulisi dengan pena pengalaman dan perasaan.
Asamu kamu junjung, tanpa letih berjuang.



Saturday, March 29, 2014

Memory II

another random conversation,

Me  : Kamu tuh ya nakal, pas pembagian dagu waktu sebelum lahir pasti kamu lari kemana-mana kan? Tuh dagumu gak ada. (Mainin dagunya)
Him : Enak aja, daguku tuh di ambil sama kamu! Tuhan tuh kasian sama kamu,  pertama dia ngasih tulang rusukku buat kamu, eh terus kamu malah minta daguku juga, yaudah Tuhan kasih juga, makanya tuh dagumu ada dua..
Me  : (Asem..aseem) Hmm , yooo teyuuus?
Him : Eeeh terus kamu juga ngambil idungku. Dikasih deh sama Tuhan, kata Tuhan itu tandanya kamu itu membutuhkan aku banget. Semua yang ada di diriku kamu mintain. Jadinya nanti kamu bakal nempel terus sama aku, karena banyak bagian diriku yang ada di kamu..
Me  : Oooh gitu, oke lah :)) *Ngempet ngguyu*
Him : Udah dikasih bagianku aja itu masih pesek idungmu. 
Me  : Aseng... Aseeng...

Memory I

Random conversation between Me and Abang di penghujung sore, waktu mau makan ke burjo sebelum elf yang mengantar Abang ke Bojonegoro datang menjemput.

Me  : (sambil benerin kerah bajunya)  Godaanmu tu belum dateng loh, Sayang.
Him : Iyapa? Ya secara di Bojonegoro kagak ada cewek-cewek yang cantik.
         Kalau kamu udah ada godaan ya?
Me   :Ya ada sik beberapa hehehe..
Me  : Makanya kamu itu belum ada godaan. Gimana mau tergoda kalau gak ada sumber godaan
Him : Hehehe, ya siik
Me  : Coba kalau kamu udah kerja di Jakarta. Di kantoran. Duh, cewek-cewek jakarta coy, pake setelan kantor, semok-semok..
Him : Iya juga ya... (Nyengir kuda minta ditabok)
Me  : Ya, apalagi kalau kamu keterima Chevron. Kamu bakalan lebih berpenghasilan lumayan daripada sekarang..
Him  : ahhaa iyaa, tripatra mah belum ada apa-apanya yak
Me  : Ya, kamu mah kalau di Chevron bisa-bisa godaannya berlipat ganda. Udah suka naik gunung, bisa musik, bayak duit. Busyeet, itu entar WA atau chat rame beneeer..
Him : hehehe, nggak kok, Sayang. Mas Bowo aja dapet Teh Umi waktu masih di Tripatra..
Me  : Ya pokoknya kamu siap-siap aja ya, Sayang
Him : Tenang aja, aku pasti bilang kamu kok kalau ada yang ngemodusin, kamu kan juga bilang sama aku kalau ada yang ngemodusin :) (Pegang tangan, terus senyuuum )

Saturday, March 22, 2014

Mencintai


Mencintai bukan lah sesuatu yang aku kuasai, aku selalu butuh remedi untuk bagian yang satu itu.
Bisa dibilang aku selalu gagal mencintai, jarang sekali ada orang yang merasa dicintai oleh diriku.
Aku sering putus asa dalam berjuang mempertahankan apa yang aku cintai, aku selalu berujung lari.
Lari dari perjuangan mempertahakan sesuatu yang aku cintai..
Lari dari kenyataan yang menyakitkan yang butuh di benahi..
Lari saja dari apapun itu yg menyusahkan, kalau sudah masalah tantangan apa saja sering aku terima, tapi kalau sudah berhubungan dengan hubungan personal dg orang lain, aku pasti langsung mangkir
Aku lari dari medan perang yang sekiranya sudah tak sanggup aku menangi, aku lari dari keutuhan keluargaku yang diujung, aku selalu lari dari gelas retak yang sudah diletakan di ujung meja.

Sering aku bertanya, tak bisakah aku mencintai hanya dengan pikiran?
Tak bisakah aku mencintai dengan kepercayaan saja?
Tak bisakah aku mencintai dengan cara aku mencintai? Dengan cara yang aku mengerti?
Bagaimana agar mereka tidak pergi dariku karena mengira aku menyia-nyiakan keberadaan mereka dengan tidak menunjukan rasa bersyukur yang begitu luar biasa yang aku rasakan hanya dengan bisa melihat mereka bahagia dan masih disisiku?
Melihat orang yang aku kasihi dan cintai aman, sehat, dan cukup istirahat sudah menjadi kepuasan bagiku
Aku memang sering sekali miss dalam mengasihi, terhadap keluarga, sahabat, ataupun pacar.
Perhatian yang aku curahkan sangat sedikit, kata-kata sayang dan cinta jarang sekali terucap..

Aku harap mata ini juga tidak miss dalam memancarkan tatapan kasihnya
Aku harap bibir ini bisa menyiratkan perasaan bahagia dari senyumnya
Aku harap bahasa tubuh ini juga tidak gagal dalam menyatakan cintanya..

Aku sangat berharap, Tuhan dapat menyampaikan kepada mereka bahwa betapa besar rasa kasih dan cintaku pada mereka yang aku cintai, kepada mereka yang aku perduli.
Mungkin kata-kata tak dapat menyatakan, namun memang rapuhnya jiwa ini akan terlihat jelas jika satu saja dari mereka yang aku cintai akhirnya lelah terhadapku dan memilih untuk pergi..
Keluarga, sahabat, kekasih bisa saja diambil kapan saja dari diriku

Hahaha, mungkin ini lah penyebabnya aku lebih senang berurusan dengan hewan daripada manusia, dengan membelai mereka, mengelus mereka, memberi mereka makan yang cukup, tidak memukul mereka, tidak menyiksa, sudah bisa membuat mereka paham kalau aku bukan orang jahat dan aku menjaga keberadaan mereka agar tetap nyaman disisiku.

Kapan aku bisa mencintai dengan baik dan benar?
Kapan aku bisa membahagiakan orang yang aku cintai dengan cara yang aku mengerti?
Aku tak tau harus berbuat apa untuk bisa mempertahankan orang yang aku cinta, yang selalu aku persiapkan adalah agar  tetap bisa tegar saat ditinggakan, atau tidak usah mencintai sekalian agar tak ada yang perlu dibuktikan

“Just because someone doesn’t love you the way you want him to, doesn’t mean he doesn’t love you with everything he has. | Learned that the hard way.”
― Ika Natassa


“People are human, not some machine we can control. Main rule-nya: jangan jadiin differences itu alasan untuk ngeluarin emosi dan starting a conflict.”
― Ika NatassaTwivortiare
"Aku takut untuk dicintai, kenapa? Kerena mereka sering meminta untuk dicintai balik. Lantas masalahnya adalah aku ini takut untuk mencintai. Kenapa? Karena aku tak pandai membuktikan." - Me

Friday, March 21, 2014

Memiliki



Merasa dimiliki itu seperti rasa-rasa diinginkan
ketika kamu begitu diinginkan, maka pride mu akan naik, karena kamu merasa bahwa ada yang mau sama kamu, apapun kamu. Kamu merasa bahwa keberadaan mu di dunia ini penting, karena akan ada yang khawatir, mencari, atau terluka ketika kamu menghilang atau kenapa-kenapa. Tapi seringkali, itu membuat kamu tak tau diri dan bersyukur, kamu menjadi sering bertindak seenaknya saja..




Nah, secara alamiah, ketika kamu menginginkan sesuatu, maka kamu akan berusaha mendapatkannya, kamu akan merasa kurang jika belum mendapatkannya..

Maka, ketika kamu sudah tidak diinginkan lagi, kamu akan merasa ada yang hilang, kamu akan mencari.. Kamu akan merasa sangat kecil dan tidak berharga lagi, karena orang yang dulu menginginkan mu berbalik menjadi tidak menginginkanmu lagi.. Ketika kamu terbiasa diinginkan, akan terasa sekali perbedaan kecil dari perubahan yang terjadi, bisa saja orang yang biasanya menginginkanmu menjadi tidak lagi fokus terhadapmu, kamu akan menyimpulkan bahwa ada objek lain yang dia inginkan, yang akhirnya menggantikan kamu. Kamu pun sadar, bahwa kamu lah yang selama ini menginginkan orang itu, agar selalu menginginkanmu.Tapi ya begitulah, rasa keinginan itu sangat bergantung pada kondisi dan situasi, dapat berubah sewaktu-waktu tergantung dari subjeknya



Lantas, bagaimana kah prilaku saling memiliki yang ideal itu tanpa ada tumpang tindih? Tanpa ada yang merasa sebagai objek yang diinginkan dan ada yang sebaik subjek yang menginginkan? Dimana kedua-kedua nya bertindak dg seimbang? Bagaimana membuat rasa ingin memiliki itu terus awet?

Atau bagaimana memprevent rasa kehilangan ketika orang yang biasanya menginginkanmu mendadak pergi jauh dan tak lagi menoleh padamu?

Sunday, March 16, 2014

Rintikan Kenangan

Hujan lengkapi kesenduan dalam hati
Embun dalam sini dilingkupi gelombang sunyi

Aku menyelimuti diri dengan kerumitan
Padahal ada gembira dalam jangkauan
Lalu mereka bertanya, mengapa kau bersedih?

Hmm..
Kemana rumah beratap yang ingin aku tuju?
Kemana pelukan aman yang biasanya aku rindu?

Tapak kakiku memar-memar
Tapak kaki terpicu lalu berpendar

Rerumputan di dalam kebun begitu alami
Bunga warna-warni harumnya wangi

Batu-batuan di tepian pantai
Pantai dengan ombaknya yang melambai
Aduh, aku sungguh rindu pantai...

Pohon kelapa, angin, pasir putih, kepiting-kepiting kecil
Pecahan kerang yang tertimbun pasir
Pondok-pondokan dengan atap jerami
Gitar dipetik merdu, mengalunkan radu rindu

Kemana gaun lebar yang aku punya?
Kemana sepatu tari yang berpita?
Aku ingin menari dengan rambut digulung
Dengan pita yang berkilau mutiara

Satu langkah kekiri, satu langkah ke kanan..
Berputar kesamping kiri,meliuk ke samping kanan
Tangan dipinggang dan kaki di angkat sedikit..
Aku sedang menari...

Ingin Pergi





Dalam deru angin pagi, melihat nyala api di langit timur, duduk diatas papan miring yang kasar, menerka-nerka kapan akan ada kebebasan tanpa ada batas. Sapuan lembut rambur-rambut halus dari beberapa ekor mahluk berbuntut panjang membuat keadaan semakin nyaman dan membebeskan. Keretakan hati membuat semua terlihat jelas, bahwa tak disini lah tempat yang diinginkan. Bisa aku ambil semua yang menjadi hakku, dan pergi dari sini, sendiri?






Saturday, March 15, 2014

Kutipan



“Seindah apapun huruf terukir, dapatkah ia bermakna apabila tak ada jeda? Dapatkah ia dimengerti jika tak ada spasi? Bukankah kita baru bisa bergerak jika ada jarak? Dan saling menyayang bila ada ruang? Kasih sayang akan membawa dua orang semakin berdekatan, tapi ia tak ingin mencekik, jadi ulurlah tali itu. “
 [Spasi]


“Peganglah tanganku, tapi jangan terlalu erat, karena aku ingin seiring dan bukan digiring”
 [Spasi]


“ Cinta yang sudah dipilih sebaiknya diikuti di setiap langkah kaki, merekatkan jemari, dan berjalanlah kalian bergandengan... karena cinta adalah mengalami ”
Dee, Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade 


“... karena cinta adalah mengalami
membuka diri tidak sama dengan menyerahkan”
Dee, Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade

Mimpi tadi malam

Akhir-akhir ini mimpiku aneh.

Malam ini aku bermimpi sedang berjalan-jalan di suatu perumahan sekitar tengah malam buta, aku tidak tau jam berapa pastinya, tapi aku berjalan sendirian, semuanya gelap, rumah-rumah ditutup dan gelap, hanya lampu teras mereka yang hidupkan. Aku berjalan resah, sepertinya aku tersesat di dalam mimpi itu. Aku berjalan mencari seseorang yang bisa di tanyai, namun aneh juga kalau ada orang yang berkeliaran tengah malam buta seperti ini.
Aku terus berjalan, melewati perumahan hingga  smenuju jalan yang kanan kirinya padang rumput, seperti perjalanan mau ke Pantai Depok. Dingin sekali, aku bisa rasakan angin menggerak-gerakan ilalang-ilalang itu hingga membentuk suatu gerakan yang harmony. Namun aku tetap resah
Tak lama berjalan, kanan kiriku berubah menjadi pepohonan dan jalannya menyempit, lalu diujung jalan aku liat ada cahaya, dan sepertinya itu perumahan lagi. Aku berjalan ke arah perumahan itu. Malam yang gelap mulai terang, sepertinya sudah mau beranjak subuh. Tiba-tiba dari arah perumahan itu ada seorang lelaki berbadan besar dan menggunakan topeng (seingatku seperti topeng-topeng samurai jepang di komik yang pernah aku baca) dan mengendarai motor besar seperti motor tiger, lelaki itu memandangku sejenak lalu lewat saja. Dibelakangnya ternyata diikuti oleh lelaki lainnya, yang menggunakan motor yang sama, perawakan nya sama, dan menggunakan topeng yang sama. Aku semakin resah, ku percepat langkahku. Lalu sampailah aku diperumahan tersebut, bentuknya seperti klaster perumahan bintaro, perumahan tempatnya Mas Bowo. Hari sudah mulai terang, sekitar pukul set6 pagi nya Jogja. Di sebelah kananku aku liat ada jejeran motor sekitar 5 motor di depan sebuah rumah yang modelnya seperti rumahku dulu. Banyak lelaki muda disana. Mereka sedang sibuk mengoroyok seorang wanita muda berambut sebahu yang berusaha lari dan meronta-ronta.Wanita itu menjerit-jerit. Aku berlari kencang, takut dijadikan sasaran. Aku teriak-teriak minta pertolongan ke rumah-rumah lainnya. Aku lupa, tapi ada seseorang yang menemaniku mencari pertolongan. Hingga akhirnya ada seorang wanita hamil yang keluar dari rumah dan ternyata itu Teh Umi! Dia keluar dan kaget melihatku, lalu dia mengajaku masuk ke dalam dan memberiku lihat bayinya yang sedang digendong seorang Nenek (Sepertinya itu orang tuanya Teh Umi) dan Mas Bowo yang sedang tertidur di kasur bawah. Diruang  tengah banyak sekali tas-tas bepergian dan koper. Lalu aku cepat-cepat mengajak Teh Umi keluar dan aku kaget kalau ternyata tiba-tiba saja begitu ramai orang di luar. Orang-orang berkumpul, riuh, dan sibuk. Setelah aku perhatikan, ternyata otang-orang itu sedang melihat proses evakuasi mayat-mayat. Di sebelah kananku di tanah kosong, pertama-tama ku lihat orang-orang sedang mengeluarkan mayat seorang wanita paruh baya dari dalam lubang. Ditanah berikutnya aku lihat seorang lelaki dan wanita diangkut dari dalam lubang, dari lubang yang sama di keluarkan mayat seorang lelaki yang tangan dan kakinya diikat. Lalu ditanah berikutnya aku lihat mayat seorang lelaki dan wanita (maaf) yang sedang dalam posisi melakukan sex. Lalu di tanah berikutnya aku liat mayat seorang kakek yang sedang meringkuk, dan disampingya ada dua mayat anak kecil, laki-laki dan perempuan, yang meringkuk juga. Ada seorang ibu yang menangis melihat mayat itu.
Sampai  disitu saja mimpiku, dan akhirnya aku terbangun,

Friday, March 14, 2014

Impian dalam pelupuk mata hati

Sayang, keindahanmu belum pantas tuk ku jamah
Nafasku cepat, jantungku berdebar riuh
Nafsuku merasuk ke aliran darah
Resah aku ingin menyentuh

Sayang, tunggu aku di ujung sana
Kelak kau kan ku jemput dengan singgasana
Rintihan kejemuan ini tak ada apa-apanya
Karena demi dirimu sayang, aku rela

Rindu aku dengan dirimu
Jiwa ini haus akan pertemuan denganmu
Aku ringkih dan sendiri rasanya
Jangan pergi, tolong tetap lah disana

Mimpiku kan kuraih,
Sukma ini kan puas, bebas
Hati ini kan ku beri
Untuk mu, hanya demi mu

Hingga kelak aku hilang dan tak kembali
Asal aku sudah bisa menyatu dengan mu
maka aku akan pamit tuk mati
Namun kan selalu kubawa damai dari bibirmu itu

Sayang, jangan pergi jauh...
Ku janji kan datang menghampiri..
Aku janji, jadi tunggu saja sebentar lagi...

Monday, February 17, 2014

Bridge [Short story]


Aliran sungai mengeluarkan irama yang begitu sendu. Air yang mengalir dari tempat tinggi ke yang lebih rendah, berbenturan dengan apa saja lalu tetap mengalir. Aku menghela napas. Berat rasanya melihat air, entah kenapa kejernihannya menakutkan, membuat segalanya tampak sangat jelas. Namun jika terlalu keruh pun siapa yang berani nyebur? Gelap gulita mungkin di dalamnya.

Desah napasku menghasilkan embun. Dingin disini, penghujung musim gugur mulai menunjukkan cirinya. Namun penghujung rinduku bahkan tak keliatan tandanya. Ya, Aku sedang merindu. Merindu dengan vitalitas yang kau miliki, resah gelisah yang sering kau bagi, ketenangan dari sang ilahi yang kau pancarkan. Kau hidup. Seperti matahari, kau pun memberikan sinarmu kepadaku tuk bisa tumbuh.

Namun, bunuh saja rindu ini karena segala sesuatunya sudah sangat jelas sekarang, rindu itu tak kan ada penawarnya. Aku pasien kronis yang sudah divonis mati sebentar lagi. Jarak begitu kejam membunuhku secara perlahan. Kita yang menyukai jembatan ini mungkin sama-sama sedang merenung di suatu jembatan saat ini, iya memang! Tapi, aku sekarang di Tower Bridge sedangkan kau yang sering berkelana mungkin sedang di Banpo Bridge. Itu saja mungkin loh, mana ku tau dimana eksistensimu sekarang.

Kuhempaskan duka ini sering dengan ku benamkan kepalaku dalam-dalam ke dalam kedua telapak tanganku. Mencengkram kuat kepalaku sambil menahan keras agar tak ada tangis yang keluar. Setahun, dua tahun, hingga 10 tahun aku terus mengamati aliran air di jembatan yang berbeda-beda, namun begitu juga perbedaan eksistensi di antara kita semakin kentara. Kau bagai diciptakan sebagai matahari dan aku unsur hara. Kita memang terkoneksi, tapi eksistensi kita berbeda makna. Aku ingin mendekapmu bagai awan. Aku ingin bersamamu bagaikan titik noktah hitam di permukaanmu. Aku ingin menjadi sesuatu yang bisa kau sentuh, aku ingin menjadi seluruh harapan sang punjaga persis seperti apa yang tertulis di lirik lagu Dealovonya-Once. Rindunya aku, bisa gila rasanya.

 Senja lambat laun muncul, bagai tinta jinga yang ditumpahkan ke dalam kaleng air, air di bawah jembatan ini terhampar bagai emas lumer. Entah, keterbatasan kemampuanku mendeskripsikan membuat keindahannya tak dapat terpapar dengan semestinya, aku memang pujangga yang payah. Lagi-lagi, ada saja yang membuatku mengingat kamu. Sungai, jembatan, senja jingga, lantas bisa ku sebutkan seribu satu hal lain nya.

Lamunanku di atas jembatan ini tak kan berujung jika aku tak memaksa tuk menyadarkan diri. Hari demi hari harus terus ku songsong. Harus kupaksa kaki ini tuk melangkah jauh dari jembatan, harus kulukai khayalan ini demi kembali. Karena rindu itu menjadi penyakit yang membunuh, namun aku lah sang immortal. Yang tak kunjung mati karena merindu.

Saturday, February 8, 2014

The Voices


Begitu malam datang, denting jam semakin terdengar jelas karena kesunyian yang ditimbulkan oleh tengah malam, Aku masih sering terjaga sambil membaca novel setebal dua ratus sampai tiga ratus halaman yang bertemakan cinta, komedi, atau bahkan fantasi. Bisa saja aku terjaga sambil memperhatikan deretan foto di instagram atau tweet-tweet yang tidak begitu penting yang bisa aku scroll terus di timeline ku.

Keheningan membuatku nyaman membaca kata demi kata dari novel yang aku baca. Kata demi kata itu mengalir masuk ke dalam imajinasiku dan membentuk sebuah bayangan, yang aku harapkan sesuai dengan apa yang ingin digambarkan oleh sang penulis melalui novelnya.

Kelopak mataku mulai terlalu sering berkedip, menandakan kelelahan yang semakin tak tertahankan. Namun aku masih penasaran untuk terus melanjutkan membaca. Hingga akhirnya, suara itu datang lagi. Suara dari sudut-sudut luar kamarku, yang begitu intens dan nyata. Sering membuatku mengerutkan dahi, berpikir apa atau siapa yang membuat suara seberisik itu. Suara berisik yang muncul beberapa malam sekali ketika aku masih terjaga hingga lewat dari jam sepuluh malam, ketika ibu dan kedua adikku telah terlelap di dalam kamar mereka masing-masing, atau ya itulah anggapanku sampai sekarang. Suara itu sungguh mengusikku, namun entah kenapa anehnya suara itu seperti hanya ditujukan untukku. Maksudku adalah, bahwa tiada ada seorang pun yang terlihat terganggu dengan suara-suara tersebut, kecuali aku. Atau mereka terganggu namun tak mau repot-repot turun dari kasur mereka yang hangat dan menginjak lantai yang dingin karena udara malam lalu mengecek sumber suara? Entahlah, yang pasti aku penasaran.

Namun rasa penasaranku tetap tak mampu menggerakan aku untuk bergerak, keluar dari dalam balutan selimut hangat dari pinggang hingga ujung kakiku. Aku terlalu malas untuk perduli. Apapun suara itu, apapun maksudnya dan apakah memang memang aku yang hanya mendengarnya, aku masih tak ingin terlalu mengerti. Bahkan kalau aku mau mengingat-ngingat, suara itu pernah sekali menegurku. Menegurku secara harfiah dengan menyuruhku berhati-hati untuk melangkah. Ya waktu itu, ketika aku masih terjaga lewat tengah malam, tiba-tiba saja listrik padam dengan mejengkelkannya. Aku lagi asyik-asyik mendengarkan musik dan tiba-tiba semua gelap. Aku tak panik, namun aku tetap keluar kamar dan dengan meraba-raba sekelilingku mencoba mencari lilin dan pematik. Namun dengan kecerobohanku aku menabarak sesuatu yang entah itu apa sehingga membuatnya terjatuh dan menimbulkan suara seperti metal yang dihantam batu. klontang. Hati-hati! Aku membatu beberapa detik. Menyadari bahwa mata ini sudah berhasil beradaptasi dengan kegelapan dan membuatku mampu melihat sekeliling dengan lumayan jelas. Siapa itu? Suara laki-laki berat seperti terdengar dari luar rumahku, namun yang jelas itu bukan suara Kakekku yang tidur di bawah. Namun aku tak merasa takut, rasa penasaran yang datang hanya sebentar, aku tak ingin mencari tau siapa yang bicara. Yah, biarkan saja itu menjadi misteri. Toh tidak pernah menyulitkanku.

Mungkin ini pertanda atau apakah atau cuman sekedar keisengan Tuhan kepadaku. Aku tak mau repot-repot memikirkannya. Nanti juga penjelasan akan datang sendiri.
Itu pengalamanku, apa pengalamanmu??


Sunday, February 2, 2014

Penjengah yang Dermawan



Jemari lentik menari anggun di atas selembar benda putih yang biasa di sebut kertas. Menorehkan sagaris demi segaris hitam pekat yang membentuk suatu kesatuan. Gegempita hati begitu ingin ditumpahkannya. Karena suatu saat dia terbangun dari tidur dan sadar bahwa tameng transparan miliknya telah perlahan runtuh, meluruh seperti hujan yang sering bergemuruh di kota kenangan.

Guncangan dunia di dalam dirinya membuat dia sering termenung dan termangu dari pagi hingga malam. Figur nyaman yang telah dimilikinya pergi berlibur ke pulau subtropis. Menepikan dirinya yang tak kunjung menggunakan nalar. Geram dia mencari, sering dia hilang kendali.

Orang bilang dia gila karena tak pernah menerima. Dirinya yang berdiri di antara garis usai dan tak usai. Dirinya yang sering dikurung sejarah dan tak urung jengah dengan rayuan gombal sang sejarah.

Hingga akhirnya dia menjadi..... Seorang penjengah yang dermawan membagi cuma-cuma keraguannya.

Frekuensi dia, kamu, dan mereka tak selalu sama namun bisa saja menguatkan atau menghancurkan satu sama lain. Kau berani. Sedang dia bahkan takut mengeluarkan frekuensinya. Tak ada nilai yang berani dia pancarkan. Dia hanya punya sumber mungil dan ringkih yang dia sebut hati, masih berani dia sebut hati, yang bahkan begitu malasnya tuk menancarkan frekuensi. Frekuensi Hati.

Jemari lentik itu tak lagi membuat suatu sketsa. Di remukannya kertas tak berdosa itu. Hingga ketika di hamparkan lagi, tampak urat-urat di seluruh permukannya. Dilemparkannya kertas itu ke dalam kantong yang diberi nama masa lalu.

Hilang lah dia dalam kegaduhan yang dibuat dunia. Sesatlah dia ke dalam kehiru-pikukan kota kenangan. Cantik wajahnya, putih kulitnya. Sering disebut kembang desa lah dia.
Namun di balik meja sana, dia kerjanya hanya menggambar sketsa, lalu meremukan hasil karyanya.

Adalah dia seorang wanita yang telah kehilangan kedua sayapnya. Dicabut dengan paksa keduanya. Sehingga terlihat pangkal yang kemerahan dengan bulu-bulu halus seperti kapas.

Adalah dia yang telah dengan gegabah membiarkan tamu di teras hatinya, masuk ke dalam ruang berkapasitas satu orang saja. Mengambil semua taruhannya di atas meja judi. Wanita itu, tak memiliki apa-apa yang tersisa disana. Walau telah berjudi hampir dari sepertiga hidupnya.

Karena judi itulah dia tak menguntung apa-apa, bahkan berhutang sedemiakan besarnya.
Seusai itu pun, dia masih tertidur dan terbangun seperti itu saja.
Seperti itu...

Tuesday, January 28, 2014

Admiring you

I wrote this on my diary, on July 19th 2013..



Yes, this is about you..

Malam ini aku ingin menulis tentang dirimu, ya tentang kamu yang telah lama menjadi inspirasiku..

Kamu mungkin mengira bahwa dirimu tak penting bagiku.. Hm, kau salah.

Sejak awal aku kenal denganmu, kamu sudah punya arti.

Kamu inspirasiku, kamu lah dengan kecintaan mu terhadap alam telah menghipnotisku..

Kamu dengan kekerasan kepalamu, kamu dengan permainan gitarmu yang cemerlang, kamu dengan pengalaman dan perjalananmu yang membuatku iri..

Maaf, aku tak bermaksud tak acuh, aku tak bermaksud tak menghargaimu, hanya saja… Aku tak ingin jatuh cinta dan ada yang mencintaiku… Hanya saja aku tak pantas untuk dicintai, sungguh, kau belum mengenalku dan saat aku membiarkanmu mengenalku lebih dekat seutuhnya, disaat itu lah aku telah mencintaimu, atau membiarkan cinta itu tubuh..

Tapi sungguh, bulan pun tau siapa yang aku ingat saat aku melihatnya, matahari pun tau siapa yang ingin aku tunjukan ketika ku melihatnya saat dia terbit dari timur..

Sungguh kau itu sangat bermakna, hanya saja aku tak tau mau memaknaimu apa.. Harus memaknaimu itu sebagai apa di hidupku ini..

Kau selalu menemukanku di saat aku tersesat, kau selalu mengatakan hal yang tidak ingin aku dengar, kamu dengan segala tentangmu selalu menarik perhatianku..

Friday, January 24, 2014

What I learned in life is....

What I learned in life is,
That no matter how good a person is,
sometimes they can hurt you & because of this we must forgive.
It takes years to build trust and only seconds to destroy it ..
We don’t have to change friends if we understand that friends change..
The circumstances and the environment influence on our lives,
but we are the one who responsible for ourselves..
That you have to control your acts or they will control you..
That patience requires much practice.. that there are people who love us,
but simply don’t know how to show it..
That sometimes the person you think will hurt you and make you fall..
Is instead one of the few who will help you to get up..
You should never tell a child that dreams are fake, it would be a tragedy if they knew..
It’s not always enough to be forgiven by someone,
in most cases you have to forgive yourself first..
That no matter in how many pieces your heart is broken, the world doesn’t stop to fix it ..
May be God wants us to meet all the wrong people first before meeting the right one..
So when we finally meet the right one we are grateful for that gift ..
When the door of happiness closes, another door opens..
but often we look so long at the closed one.. we don’t see what was open for us ..
The best kind of a friend is the kind in which you can sit on a porch and walk…
Without saying a word & when you leave it feels it was the best conversation you ever had.
It’s true we don’t know what we have until we find it, but its also true,
we don’t know what we’ve been missing until it arrives..
It only takes a minute to offend someone, an hour to like someone,
a day to love someone, but it takes a life time to forget someone.
Don’t look for appearances, they can be deceiving, don’t go for wealth even that can fade,
Find someone who makes you smile, because it only takes a smile to make a day better,
find what makes your heart smile..
There are moments in life when you miss someone so much..
that you wish you can take them out of your dream and hug them for real..
Dream what you want, go wherever you want to go.. because you have only one life..
and one change to do the things you want to do ..
The happiest people don’t necessarily have the best of everything,
they just make the best of everything that comes their way.
The best future is based on the forgotten past..
You can’t go on well in life until you let go of your past failures and heartaches.
take from : http://paulocoelhoblog.com/2013/05/09/what-i-learned-in-life-is/

Tuesday, January 14, 2014

Dulu dan Kini


Aku kini,
Sedang melihat balik dengan memunggungkan masa kini
itu lah yang harus aku lakukan sekarang
karena memunggungkan masa depan, adalah apa yang harus aku lakukan untuk menata semuanya
Aku perlu membetulkan sesuatu hal, agar aku dapat melangkah tanpa terus terseok-seok

Aku butuh bantuan, sendirian tak lagi begitu menguatkan..
Ku perlu mencari sosok yang bisa membantuku berdiri tegak ketika leherku sudah terlalu lelah menengok ke belakang
Tanpa bertanya dan tanpa menghakimi, karena ku tak perlu tuhan lainnya tuk memberi tahuku apa yang boleh apa yang tidak, aku sudah punya Tuhan yang berkuasa akan itu.
Aku butuh itu, sungguh, bukannya tak ingin melangkah ke depan, namun hal ini harus ku benahi

Ku perlu sosok yang mau berdiri di sampingku, menapaki jalan rerumputan bertelanjang kaki tanpa takut terluka oleh pecahan kaca
Aku menenlajangi kakiku dengan waras, tau bahwa ada tebaran pecahan kaca di sana
Karena aku butuh rasa sakit itu, tuk terus melatih kerapuhan ini, agar dia tak terus manja

Rayuan nestapa tuk melupakan,
sebesar nafsu itu tuk terus bekelakar tentang kehebatannya
haruskah dia hidup dalam dekapan hiruk pikuk kepedihan jika ada senja di awal malam?
karena aku gundah dihujani terus dengan gemericik caci makimu

hiruplah nafas itu, mengembun di cuaca dingin
hangatkan lah dia dengan sentuhan cinta dari sang Kuasa
terjanglah dengan bikan merdu di sepertiga malam terakhir
usapkan wajah dengan penuh kerendahan hati

Aku berpikir lagi dan lagi..
katanya manusia lah yang dipilih oleh takdir
katanya kecenderungan manusia adalah mengalir seperti air
katanya keadaan manusia adalah selalu direngkuh oleh keresahan
katanya kita ini akan selalu di ombang-ambing oleh keraguan

Entah mengapa, aku kadang merasa takut..
kerapuhan ini begitu melekat hingga ke dasar relung diriku yang sebenarnya
sedari awal, sedari dulu..
begitu rapuh tuh dapat dihentak oleh sesuatu yang tiba-tiba menyentak

Aku berpegang pada apa yang aku yakini,
di akhir rutinitas sembahyangku
aku selalu menyempatkan diri tuk meminta
meminta kerendahan hati Tuhan
Agar Dia berkenan tuk memberikanku secuil dari kekuatannya
Kepadaku... dan orang-orang yang ingin ku rengkuh dalam kehidupanku