Monday, December 21, 2015

Deep feeling


"It's both a blessing and a curse to feel everything so very deeply" - Anonymous

Aku sangat menyadari hal ini, begitu salah jika aku yang begitu rapuh ini menggantungkan kebahagianku dengan orang lain, orang lain yang bahkan bukan keluargaku. Orang lain yang aku kenal kurang dari seperempat masa hidupku, dan baru kucintai dengan sepenuh 1 tahun belakangan ini. Namun, bagaimana aku bisa mengontrol hal tersebut terjadi? Selama ini aku hanya menekannya, membohongi diriku bahwa dia bukan sumber kebahagiaanku, bukan yang membuatku merasa paling nyaman, bukan yang bisa membuatku tertawa dan tersenyum seakan tak ada beban yang sedang aku pikul. Berkali-kali aku yakinkan diriku bahwa bahagia itu adalah aku yang menciptakannya sendiri, bukan karena keberadaan orang lain. Akhirnya, kebohongan itu sampai kepada akhirnya, tidak bisa, tidak bisa lagi aku pura-pura tidak tahu, bahwa dia lah sumber kebahagiaan itu, yang membuatku terus memotivasi diriku dan juga berharap.

Berbahaya, sungguh berbahaya menggantungkan kebahagiaan kepada manusia, karena mereka bisa pergi sewaktu-waktu, atas kehendak mereka sendiri ataupun bukan. Menjadi orang yang ditinggalkan tidak pernah mudah, hingga bertahun-tahun pun tidak akan pernah mudah. Apalagi kejadian tersebut tidak bisa dicegah, ditinggalkan dan meninggalkan sudah menjadi garisan hidup. Satu-satunya yang bisa aku lakukan hanya bersikap baik dan berpasrah diri bahwa sesuatu yang kuinginkan belum tentu yang aku butuhkan.