Saturday, March 29, 2014

Memory II

another random conversation,

Me  : Kamu tuh ya nakal, pas pembagian dagu waktu sebelum lahir pasti kamu lari kemana-mana kan? Tuh dagumu gak ada. (Mainin dagunya)
Him : Enak aja, daguku tuh di ambil sama kamu! Tuhan tuh kasian sama kamu,  pertama dia ngasih tulang rusukku buat kamu, eh terus kamu malah minta daguku juga, yaudah Tuhan kasih juga, makanya tuh dagumu ada dua..
Me  : (Asem..aseem) Hmm , yooo teyuuus?
Him : Eeeh terus kamu juga ngambil idungku. Dikasih deh sama Tuhan, kata Tuhan itu tandanya kamu itu membutuhkan aku banget. Semua yang ada di diriku kamu mintain. Jadinya nanti kamu bakal nempel terus sama aku, karena banyak bagian diriku yang ada di kamu..
Me  : Oooh gitu, oke lah :)) *Ngempet ngguyu*
Him : Udah dikasih bagianku aja itu masih pesek idungmu. 
Me  : Aseng... Aseeng...

Memory I

Random conversation between Me and Abang di penghujung sore, waktu mau makan ke burjo sebelum elf yang mengantar Abang ke Bojonegoro datang menjemput.

Me  : (sambil benerin kerah bajunya)  Godaanmu tu belum dateng loh, Sayang.
Him : Iyapa? Ya secara di Bojonegoro kagak ada cewek-cewek yang cantik.
         Kalau kamu udah ada godaan ya?
Me   :Ya ada sik beberapa hehehe..
Me  : Makanya kamu itu belum ada godaan. Gimana mau tergoda kalau gak ada sumber godaan
Him : Hehehe, ya siik
Me  : Coba kalau kamu udah kerja di Jakarta. Di kantoran. Duh, cewek-cewek jakarta coy, pake setelan kantor, semok-semok..
Him : Iya juga ya... (Nyengir kuda minta ditabok)
Me  : Ya, apalagi kalau kamu keterima Chevron. Kamu bakalan lebih berpenghasilan lumayan daripada sekarang..
Him  : ahhaa iyaa, tripatra mah belum ada apa-apanya yak
Me  : Ya, kamu mah kalau di Chevron bisa-bisa godaannya berlipat ganda. Udah suka naik gunung, bisa musik, bayak duit. Busyeet, itu entar WA atau chat rame beneeer..
Him : hehehe, nggak kok, Sayang. Mas Bowo aja dapet Teh Umi waktu masih di Tripatra..
Me  : Ya pokoknya kamu siap-siap aja ya, Sayang
Him : Tenang aja, aku pasti bilang kamu kok kalau ada yang ngemodusin, kamu kan juga bilang sama aku kalau ada yang ngemodusin :) (Pegang tangan, terus senyuuum )

Saturday, March 22, 2014

Mencintai


Mencintai bukan lah sesuatu yang aku kuasai, aku selalu butuh remedi untuk bagian yang satu itu.
Bisa dibilang aku selalu gagal mencintai, jarang sekali ada orang yang merasa dicintai oleh diriku.
Aku sering putus asa dalam berjuang mempertahankan apa yang aku cintai, aku selalu berujung lari.
Lari dari perjuangan mempertahakan sesuatu yang aku cintai..
Lari dari kenyataan yang menyakitkan yang butuh di benahi..
Lari saja dari apapun itu yg menyusahkan, kalau sudah masalah tantangan apa saja sering aku terima, tapi kalau sudah berhubungan dengan hubungan personal dg orang lain, aku pasti langsung mangkir
Aku lari dari medan perang yang sekiranya sudah tak sanggup aku menangi, aku lari dari keutuhan keluargaku yang diujung, aku selalu lari dari gelas retak yang sudah diletakan di ujung meja.

Sering aku bertanya, tak bisakah aku mencintai hanya dengan pikiran?
Tak bisakah aku mencintai dengan kepercayaan saja?
Tak bisakah aku mencintai dengan cara aku mencintai? Dengan cara yang aku mengerti?
Bagaimana agar mereka tidak pergi dariku karena mengira aku menyia-nyiakan keberadaan mereka dengan tidak menunjukan rasa bersyukur yang begitu luar biasa yang aku rasakan hanya dengan bisa melihat mereka bahagia dan masih disisiku?
Melihat orang yang aku kasihi dan cintai aman, sehat, dan cukup istirahat sudah menjadi kepuasan bagiku
Aku memang sering sekali miss dalam mengasihi, terhadap keluarga, sahabat, ataupun pacar.
Perhatian yang aku curahkan sangat sedikit, kata-kata sayang dan cinta jarang sekali terucap..

Aku harap mata ini juga tidak miss dalam memancarkan tatapan kasihnya
Aku harap bibir ini bisa menyiratkan perasaan bahagia dari senyumnya
Aku harap bahasa tubuh ini juga tidak gagal dalam menyatakan cintanya..

Aku sangat berharap, Tuhan dapat menyampaikan kepada mereka bahwa betapa besar rasa kasih dan cintaku pada mereka yang aku cintai, kepada mereka yang aku perduli.
Mungkin kata-kata tak dapat menyatakan, namun memang rapuhnya jiwa ini akan terlihat jelas jika satu saja dari mereka yang aku cintai akhirnya lelah terhadapku dan memilih untuk pergi..
Keluarga, sahabat, kekasih bisa saja diambil kapan saja dari diriku

Hahaha, mungkin ini lah penyebabnya aku lebih senang berurusan dengan hewan daripada manusia, dengan membelai mereka, mengelus mereka, memberi mereka makan yang cukup, tidak memukul mereka, tidak menyiksa, sudah bisa membuat mereka paham kalau aku bukan orang jahat dan aku menjaga keberadaan mereka agar tetap nyaman disisiku.

Kapan aku bisa mencintai dengan baik dan benar?
Kapan aku bisa membahagiakan orang yang aku cintai dengan cara yang aku mengerti?
Aku tak tau harus berbuat apa untuk bisa mempertahankan orang yang aku cinta, yang selalu aku persiapkan adalah agar  tetap bisa tegar saat ditinggakan, atau tidak usah mencintai sekalian agar tak ada yang perlu dibuktikan

“Just because someone doesn’t love you the way you want him to, doesn’t mean he doesn’t love you with everything he has. | Learned that the hard way.”
― Ika Natassa


“People are human, not some machine we can control. Main rule-nya: jangan jadiin differences itu alasan untuk ngeluarin emosi dan starting a conflict.”
― Ika NatassaTwivortiare
"Aku takut untuk dicintai, kenapa? Kerena mereka sering meminta untuk dicintai balik. Lantas masalahnya adalah aku ini takut untuk mencintai. Kenapa? Karena aku tak pandai membuktikan." - Me

Friday, March 21, 2014

Memiliki



Merasa dimiliki itu seperti rasa-rasa diinginkan
ketika kamu begitu diinginkan, maka pride mu akan naik, karena kamu merasa bahwa ada yang mau sama kamu, apapun kamu. Kamu merasa bahwa keberadaan mu di dunia ini penting, karena akan ada yang khawatir, mencari, atau terluka ketika kamu menghilang atau kenapa-kenapa. Tapi seringkali, itu membuat kamu tak tau diri dan bersyukur, kamu menjadi sering bertindak seenaknya saja..




Nah, secara alamiah, ketika kamu menginginkan sesuatu, maka kamu akan berusaha mendapatkannya, kamu akan merasa kurang jika belum mendapatkannya..

Maka, ketika kamu sudah tidak diinginkan lagi, kamu akan merasa ada yang hilang, kamu akan mencari.. Kamu akan merasa sangat kecil dan tidak berharga lagi, karena orang yang dulu menginginkan mu berbalik menjadi tidak menginginkanmu lagi.. Ketika kamu terbiasa diinginkan, akan terasa sekali perbedaan kecil dari perubahan yang terjadi, bisa saja orang yang biasanya menginginkanmu menjadi tidak lagi fokus terhadapmu, kamu akan menyimpulkan bahwa ada objek lain yang dia inginkan, yang akhirnya menggantikan kamu. Kamu pun sadar, bahwa kamu lah yang selama ini menginginkan orang itu, agar selalu menginginkanmu.Tapi ya begitulah, rasa keinginan itu sangat bergantung pada kondisi dan situasi, dapat berubah sewaktu-waktu tergantung dari subjeknya



Lantas, bagaimana kah prilaku saling memiliki yang ideal itu tanpa ada tumpang tindih? Tanpa ada yang merasa sebagai objek yang diinginkan dan ada yang sebaik subjek yang menginginkan? Dimana kedua-kedua nya bertindak dg seimbang? Bagaimana membuat rasa ingin memiliki itu terus awet?

Atau bagaimana memprevent rasa kehilangan ketika orang yang biasanya menginginkanmu mendadak pergi jauh dan tak lagi menoleh padamu?

Sunday, March 16, 2014

Rintikan Kenangan

Hujan lengkapi kesenduan dalam hati
Embun dalam sini dilingkupi gelombang sunyi

Aku menyelimuti diri dengan kerumitan
Padahal ada gembira dalam jangkauan
Lalu mereka bertanya, mengapa kau bersedih?

Hmm..
Kemana rumah beratap yang ingin aku tuju?
Kemana pelukan aman yang biasanya aku rindu?

Tapak kakiku memar-memar
Tapak kaki terpicu lalu berpendar

Rerumputan di dalam kebun begitu alami
Bunga warna-warni harumnya wangi

Batu-batuan di tepian pantai
Pantai dengan ombaknya yang melambai
Aduh, aku sungguh rindu pantai...

Pohon kelapa, angin, pasir putih, kepiting-kepiting kecil
Pecahan kerang yang tertimbun pasir
Pondok-pondokan dengan atap jerami
Gitar dipetik merdu, mengalunkan radu rindu

Kemana gaun lebar yang aku punya?
Kemana sepatu tari yang berpita?
Aku ingin menari dengan rambut digulung
Dengan pita yang berkilau mutiara

Satu langkah kekiri, satu langkah ke kanan..
Berputar kesamping kiri,meliuk ke samping kanan
Tangan dipinggang dan kaki di angkat sedikit..
Aku sedang menari...

Ingin Pergi





Dalam deru angin pagi, melihat nyala api di langit timur, duduk diatas papan miring yang kasar, menerka-nerka kapan akan ada kebebasan tanpa ada batas. Sapuan lembut rambur-rambut halus dari beberapa ekor mahluk berbuntut panjang membuat keadaan semakin nyaman dan membebeskan. Keretakan hati membuat semua terlihat jelas, bahwa tak disini lah tempat yang diinginkan. Bisa aku ambil semua yang menjadi hakku, dan pergi dari sini, sendiri?






Saturday, March 15, 2014

Kutipan



“Seindah apapun huruf terukir, dapatkah ia bermakna apabila tak ada jeda? Dapatkah ia dimengerti jika tak ada spasi? Bukankah kita baru bisa bergerak jika ada jarak? Dan saling menyayang bila ada ruang? Kasih sayang akan membawa dua orang semakin berdekatan, tapi ia tak ingin mencekik, jadi ulurlah tali itu. “
 [Spasi]


“Peganglah tanganku, tapi jangan terlalu erat, karena aku ingin seiring dan bukan digiring”
 [Spasi]


“ Cinta yang sudah dipilih sebaiknya diikuti di setiap langkah kaki, merekatkan jemari, dan berjalanlah kalian bergandengan... karena cinta adalah mengalami ”
Dee, Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade 


“... karena cinta adalah mengalami
membuka diri tidak sama dengan menyerahkan”
Dee, Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade

Mimpi tadi malam

Akhir-akhir ini mimpiku aneh.

Malam ini aku bermimpi sedang berjalan-jalan di suatu perumahan sekitar tengah malam buta, aku tidak tau jam berapa pastinya, tapi aku berjalan sendirian, semuanya gelap, rumah-rumah ditutup dan gelap, hanya lampu teras mereka yang hidupkan. Aku berjalan resah, sepertinya aku tersesat di dalam mimpi itu. Aku berjalan mencari seseorang yang bisa di tanyai, namun aneh juga kalau ada orang yang berkeliaran tengah malam buta seperti ini.
Aku terus berjalan, melewati perumahan hingga  smenuju jalan yang kanan kirinya padang rumput, seperti perjalanan mau ke Pantai Depok. Dingin sekali, aku bisa rasakan angin menggerak-gerakan ilalang-ilalang itu hingga membentuk suatu gerakan yang harmony. Namun aku tetap resah
Tak lama berjalan, kanan kiriku berubah menjadi pepohonan dan jalannya menyempit, lalu diujung jalan aku liat ada cahaya, dan sepertinya itu perumahan lagi. Aku berjalan ke arah perumahan itu. Malam yang gelap mulai terang, sepertinya sudah mau beranjak subuh. Tiba-tiba dari arah perumahan itu ada seorang lelaki berbadan besar dan menggunakan topeng (seingatku seperti topeng-topeng samurai jepang di komik yang pernah aku baca) dan mengendarai motor besar seperti motor tiger, lelaki itu memandangku sejenak lalu lewat saja. Dibelakangnya ternyata diikuti oleh lelaki lainnya, yang menggunakan motor yang sama, perawakan nya sama, dan menggunakan topeng yang sama. Aku semakin resah, ku percepat langkahku. Lalu sampailah aku diperumahan tersebut, bentuknya seperti klaster perumahan bintaro, perumahan tempatnya Mas Bowo. Hari sudah mulai terang, sekitar pukul set6 pagi nya Jogja. Di sebelah kananku aku liat ada jejeran motor sekitar 5 motor di depan sebuah rumah yang modelnya seperti rumahku dulu. Banyak lelaki muda disana. Mereka sedang sibuk mengoroyok seorang wanita muda berambut sebahu yang berusaha lari dan meronta-ronta.Wanita itu menjerit-jerit. Aku berlari kencang, takut dijadikan sasaran. Aku teriak-teriak minta pertolongan ke rumah-rumah lainnya. Aku lupa, tapi ada seseorang yang menemaniku mencari pertolongan. Hingga akhirnya ada seorang wanita hamil yang keluar dari rumah dan ternyata itu Teh Umi! Dia keluar dan kaget melihatku, lalu dia mengajaku masuk ke dalam dan memberiku lihat bayinya yang sedang digendong seorang Nenek (Sepertinya itu orang tuanya Teh Umi) dan Mas Bowo yang sedang tertidur di kasur bawah. Diruang  tengah banyak sekali tas-tas bepergian dan koper. Lalu aku cepat-cepat mengajak Teh Umi keluar dan aku kaget kalau ternyata tiba-tiba saja begitu ramai orang di luar. Orang-orang berkumpul, riuh, dan sibuk. Setelah aku perhatikan, ternyata otang-orang itu sedang melihat proses evakuasi mayat-mayat. Di sebelah kananku di tanah kosong, pertama-tama ku lihat orang-orang sedang mengeluarkan mayat seorang wanita paruh baya dari dalam lubang. Ditanah berikutnya aku lihat seorang lelaki dan wanita diangkut dari dalam lubang, dari lubang yang sama di keluarkan mayat seorang lelaki yang tangan dan kakinya diikat. Lalu ditanah berikutnya aku lihat mayat seorang lelaki dan wanita (maaf) yang sedang dalam posisi melakukan sex. Lalu di tanah berikutnya aku liat mayat seorang kakek yang sedang meringkuk, dan disampingya ada dua mayat anak kecil, laki-laki dan perempuan, yang meringkuk juga. Ada seorang ibu yang menangis melihat mayat itu.
Sampai  disitu saja mimpiku, dan akhirnya aku terbangun,

Friday, March 14, 2014

Impian dalam pelupuk mata hati

Sayang, keindahanmu belum pantas tuk ku jamah
Nafasku cepat, jantungku berdebar riuh
Nafsuku merasuk ke aliran darah
Resah aku ingin menyentuh

Sayang, tunggu aku di ujung sana
Kelak kau kan ku jemput dengan singgasana
Rintihan kejemuan ini tak ada apa-apanya
Karena demi dirimu sayang, aku rela

Rindu aku dengan dirimu
Jiwa ini haus akan pertemuan denganmu
Aku ringkih dan sendiri rasanya
Jangan pergi, tolong tetap lah disana

Mimpiku kan kuraih,
Sukma ini kan puas, bebas
Hati ini kan ku beri
Untuk mu, hanya demi mu

Hingga kelak aku hilang dan tak kembali
Asal aku sudah bisa menyatu dengan mu
maka aku akan pamit tuk mati
Namun kan selalu kubawa damai dari bibirmu itu

Sayang, jangan pergi jauh...
Ku janji kan datang menghampiri..
Aku janji, jadi tunggu saja sebentar lagi...