Sunday, July 12, 2020

Parenting journey: Controllable vs Uncontrollable


Salah satu pelajaran menjadi orang tua baru yang saya dapatkan adalah belajar membedakan apa yang bisa dan tidak bisa dikontrol dalam hal mengurus anak. Tetapi, pemahaman itu tidak hanya bisa saya terapkan dalam parenting, tapi juga ke dalam banyak aspek kehidupan yang lainnya. Mungkin akan saya tuliskan lain kali.
Sebagai orang tua, porsi yang bisa saya control adalah seberapa jauh saya bisa berusaha. Saya tidak bisa mengkontrol apakah usaha tersebut akan membuahkan hasil yang sesuai dengan idealisme saya. Bukan seperti matematika, dimana ketika menambahkan satu dengan satu, maka hasilnya adalah dua.
Berbagai saran dari beberapa pakar dan teori-teori yang saya baca, saya coba untuk terapkan kepada anak saya. Tapi ternyata tidak ada rumus yang bisa saya terapkan ke anak saya. Saya bisa saja sudah pontang panting mencoba banyak hal, tetapi akan tidak sehat untuk jiwa dan fisik saya jika saya tidak bersiap mendapatkan kegagalan.
Contoh yang sedang saya alami sekarang adalah anak saya mengalami kenaikan berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) yang masuk ke golongan 'red flag' jika kita mengacu pada grafik pertumbuhan dari WHO. Tentu saja, itu menjadi masalah bagi saya, karena saya sudah ada membaca tentang pentingnya mengantisipasi gagal tumbuh di 1000 hari pertama kehidupan (HKT). Pengetahuan akan dampak jangka pendek dan panjang dari gagal tumbuh membuat saya sempat memicu kecemasan saya. Tidak mau berlarut-larut, saya langsung ingin mengambil tindakan untuk mencegah hal itu terjadi. Tetapi, setelah beberapa saat menjalani prosesnya, saya memyadari bahwa paham akan batasan diri, adalah kunci dari menjadi tetap mindful terhadap proses membesarkan anak tanpa dikendalikan dengan ambisi dari ego semata.

Sekarang saya sudah paham apa saja yang bisa saya kontrol, yaitu:
  1. Prespektif saya terhadap growth chart WHO. Saya tidak bisa hanya berpatokan dengan grafik itu untuk bisa melabeli tumbuh kembang (TK) anak saya, karena setiap anak itu sangat unik, tetapi…
  2.   Selalu ada kemungkinan terburuk dari setiap masalah, maka, saya tetap berkonsultasi ke pakarnya untuk mencari kemungkinan adanya masalah medis atau silent disease yang menyebabkan terganggunya pertumbuhan anak saya
  3.  Melakukan pemeriksaan medis yang masih dalam jangkauan keluarga saya, tentu saja ada waktu, tenaga dan biaya yang dikeluarkan, dan ini merupakanm pilihan, karena kondisinya bukan gawat darurat
  4. Menjalankan saran yang diberikan sesuai dengan kesanggupan kami
  5. Tidak memaksakan kehendak kepada anak sampai membuat dia tertekan, karena anak belum paham arti dari tindakan kita, jadi berhati-hatilah
Sedangkan beberapa hal yang tidak bisa saya kontrol adalah:
  1.       Penerimaan anak terhadap sufor yang saya berikan atas dasar saran dari dokter, seberapa banyak yang bisa dia minum dan seberapa sering. Saya bisa saja membiasakan dia, tetapi tetap saja penerimaan sepenuhnya kembali ke anak
  2.    . Kenaikan BB dan TB adalah 2 angka yang jauh dari kontrol saya, saya bisa saja menggali lebih dalam, tapi keluarga kami belum siap akan konsekuensinya, krn ttp saja, ini belum masuk kategori gawat darurat
  3.     .    Komentar orang lain yang mengetetahui kondisi keluarga kami dan keputusan yang telah kami ambil, ada yang mengecilkan masalah kami atau malah menganggap kami khawatir berlebihan

Setelah dicari penyebab, diketahui ada indikasi medis, diobati, ditambah susu formula, tentu saja idealisme saya tetap menginginkan anak saya familiar dengan proses makan sehari-hari, karena ini sama saja dengan menanamkan basic life skill yang akan dibawanya hingga besar kelak. Tetapi tentu saja dengan kadar yang sesuai dengan kapabilitas saya dan dengan memperhatikan apa yang bisa saya kontrol, yaitu:

CONTROLABLE
  1.           Membiasakan duduk di kursi, menetapkan jam makan, dan memvariasikan masaka
  2.       Lapang dada jika makanan saya akan terbuang begitu saja karena ternyata tidak sesuai dengan selera anak
  3.   Menyiapkan mpasi instan yang anak saya sukai, persiapannya cepat dan kemungkinannya besar anak saya mau, karena tetap saja, menurut saya, yang terpenting adalah anak saya makan, saya sudah menawarkan mpasi homade, tetapi jika dia tidak mau, malah tidak makan sama sekali, mpasi instan juga sehat kok, walaupu memang mpasi homade yang nutrisinya tertakar ttp yg terbaik

UNCONTROLABLE:
  1.    Preferensi anak saya terhadap rasa dan jenis makanan. Bayi juga manusia, seleranya bahkan bisa berubah drastis dalam kurun 1 minggu. Saya sudah bisa menerima ini, dan lapang dada jika masakan saya ditolak mentah-mentah, hahaha
  2.      Moodnya ketika makan,. Stop asking why, karena anak masih sangat moody dan kita memang tidak diperuntukan selalu tau penybab ketidaknyamanan dia. Kita hanya bisa menerima, sabar dan berusaha menghiburnya  
  3.      Kuantitas makanan yang mau dia makan. Bisa saja dia mau makan sebanyak setengah porsi atau malah hanya 2-3 sendok saja, its okay

Saya mulai meninggalkan idealisme saya yang tidak mau menggunakan sufor, awalnya saya mau memaksimalkan pemberian asi, tetapi, saya mulai menerima kenyataan bahwa untuk kondisi khusus anak saya, asi bukan menjadi yang paling dia butuhkan. Saya menjadi sangat terbantu karena merasa aman dengan memberikan sufor untuk mencukupi kebutuhan nutrisinya yang tidak bisa didapatkan dari asi dan mpasi.
Setelah saya mulai menyadari apa yang bisa saya kontrol dan tidak bisa saya kontrol, saya menjadi lebih ringan dalam menjalani peran sebagi ibu. Saya juga mulai berhenti melabeli negative diri saya, ibu tidak becuslah, dsb. Hal tersebut banyak mengangkat beban keseharian saya dan membuat saya menjadi lebih santai sehingga bisa mencurahkan kasih sayang dan perhatian dengan optimal. There’s no more resentment nor disappointment. Hanya kepasarahan saja.

Sunday, June 23, 2019

Ulang tahun paling berkesan

Bukan hadiah
Bukan makan romantis berdua
Bukan kejutan-kejutan

Tapi ketika aku membuka mata di pagi buta
Yang kulihat wajahmu
Tersenyum padaku
Bahkan cinta yang begitu abstrak pun bisa terasa dari tatapanmu
Kau menggapai pipiku
Mencium keningku
Dan mengucapkan
'Selamat ulang tahun, Sayang'

Kenangan itulah yang selalu kuputar dalam otakku
Karena begitu sederhana tapi menyentuh hatiku

Friday, September 14, 2018

Curahan hati (pikiranku membeludak)

Pikiranku membludak
Aku merasa bersalah dengan keadaan yang sedang aku alami
Aku merasa bersalah membebani pikiran orang-orang dengan masalahku
Aku merasa bersalah membuat perhatian mereka tertuju kepadaku

Mengapa aku bisa memikirkan banyak hal dalam satu waktu
Seperti serabut
Kusut
Benang yang perlu diurai
Mengapa
Apa
Bagaimana

Aku seperti ingin meledak
Seperti kembang api di malam tahun baru

Pikiran ini selalu berputar seperti angin topan
Kuat
Semerawut
Berputar putar tak tau kapan berhentinya

Curahan hati (Setelah menerima kebaikanmu)


Aku menyadari bahwa engkau menyayangiku. Aku sangat yakin itu. Tidak ada keraguan sedikitpun tentang hal itu.
Engkau menyayangiku dan berharap dengan tulus bahwa hidupku dipenuhi kebaikan dan kebahagiaan. Kau pasti sering mengharapkan itu.
Sebenarnya aku tak ingin menggunakan kata ini. Karena kata ini dapat mematahkan kenyataan indah yang telah aku jabarkan sebelumnya.

Tetapi, ya, ada tetapi.

Tetapi, engkau juga sering memberikan rasa tidak nyaman terhadap diriku.
Menyakitiku. Melakukan hal yang membuatku risih.

Kau memegang nilai yang berbeda dengan apa yang aku pegang. Sebagian besar aku rasa, tapi tak seluruhnya, karena aku tak menapikan kenyataan bahwa aku membawa gen mu dalam diriku, dan aku yakin bahwa ada sebagian dari dirimu yang ada dalam diriku. Entahlah apa saja itu.

Aku lupa kapan terakhir kali aku merasa sepenuhnya nyaman berada di dekatmu. Jika kau melihat betapa lepasnya aku Bersama suamiku, engkau akan sadar bahwa aku membangun tembok yang sangat tinggi dan tebal jika bersamamu. Engkau sedang tidak melihat diriku apa adanya saat aku berada di depanmu.

Semua itu karena itu merupakan tameng yang aku gunakan. Karena aku tak mau terlalu menjadi rentan di hadapanmu. Karena engkau sering menyakitiku.
Mungkin engkau tak sadar, mungkin engkau sadar. Entahlah, banyak orang yang paham bahwa banyak tindakanmu yang menyakitiku. Tapi aku rasa kau tak pernah benar paham dan intropeksi diri setelah menyakitiku.

Aku menjaga sikapku. Agar aku tak memancingmu untuk menyakitiku lagi. Sepahamanku sih begitu selama ini aku dan kamu menjaga hubungan. Aku menjaga sikap maka engkau akan memperlakukanku dengan baik. Atau malah sebaliknya?

Aku menyayangimu. Menginginkan yang terbaik untukmu. Namun kau harus sadar bahwa aku juga punya kehidupan. Aku tak bisa membaur dengan dirimu. Aku mungkin akan selamanya memakai tembok ketika berada di sekitarmu. Tapi, mungkin bisa kita jaga tetap seperti itu. Selama kita saling bertoleransi terhadapan satu sama lain.

Mungkin kita bisa seperti itu? Kalau itu sih harapanku, entahlah harapanmu.

Wednesday, March 28, 2018

Pengalaman Mencabut Gigi Geraham Bungsu menggunakan KIS BPJS


Assalamualaikum warrohmatullahi waborrokatuh…
Pada tulisan kali ini, saya ingin membagi pengalaman saya ketika menggunakan fasilitas Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang disediakan oleh BPJS Kesehatan. Ceritanya bermula dari masalah nyeri semenjak tahun 2015 yang saya derita. Hal ini disebabkan oleh gigi geraham bungsu sebelah kiri yang membandel. Jadi, gigi geraham bungsu saya itu tumbuhnya hampir normal, tidak miring, tidak telentang, tapi tumbuhnya tidak sesuai jalur. Kalau dilihat barisan gigi yang lain, gigi geraham ini keluar dari barisan, sehingga mendesak gusi dan menyebabkan menjadi sering bengkak dan radang.
Kondisi paling parah yang pernah saya alami adalah di bulan Juni tahun 2017. Saking bengkaknya gusi saya, saya hanya bisa membuka mulut sebesar jari kelingking. Sakitnya bukan main, jadi susah tidur dan makan. Semenjak itu, saya menjadi lebih berhati-hati kalau mengunyah dengan gigi geraham kiri agar tidak membebani gusi. Sayangnya, malasah radang dan bengkak itu memang sering datang dan pergi sampai sekarang, bulan Maret 2018.
Kekhawatiran akan munculnya radang yang lebih parah emmbuat saya memberanikan diri untuk mencabut saja gigi geraham bungsu ini. Kebetulan karena sudah mengantongi KIS, jadinya kenapa tidak dimanfaatkan saja. Dari beberapa info yang saya tau, kalau pakai biaya sendiri, operasi kecil cabut satu gigi bisa menghabiskan biaya 2 juta ke atas. Sangat meringankan bukan kalau bisa gratis dengan menggunakan jaminan KIS.
Mari saya mulai menjelaskan proses yang saya alami secara pribadi. Untuk mengingatkan, proses yang saya alami mungkin tidak sama dengan proses yang kalian alami atau akan alami. Jadi ambil saja pelajaran yang perlu dan jangan terlalu mengharapkan akan sama persis. Prosesnya saya jelaskan secara kronologis ya…
1.      Mendatangi FASKES 1
Urutan pertamanya adalah mendatangi faskes 1 yang sudah terdaftar untuk peserta bersangkutan. Faskes 1 saya adalah Klinik Korpagama UGM. Saya tinggal di sekitar UGM, jadi Klinik tersebut adalah kilinik terdekat dengan rumah. Cukup membawa KIS dan mendaftar. Saya langsung ke klinik dan mendaftar untuk periksa ke Poli Gigi.
Saat menemui dokter gigi, saya langsung menceritakan keluhan saya. Oh ya, untuk catatan, disini saya sudah membawa hasil x-ray panorama gigi. Hasil x-ray ini sudah saya miliki semenjak Juli 2017 yang waktu itu untuk kebutuhan mencabut gigi graham atas sebelah kanan. Karena saya bawa menjadi mudah bagi dokter tersebut untuk melihat kondisi gigi graham bungsu saya. Dokternya sudah tau bahwa untuk pencabutan graham bungsu yang abnormal membutuhkan operasi kecil. Dan operasi kecil merupakan ranahnya dokter spesialis bedah mulut, sehingga dokter tersebut langsung memberikan saya rujukan. Suster yang mendampingi menanyakan kepada saya mau dirujuk kemana? Ke RSA UGM atau kemana? Saya menjawab dengan mantap ke Panti Rapih aja, Mbak. Why? Karena sebelumnya saya sudah survey dengan berselencar di blog dan mendapatkan bocoran kalau ada dokter spesialis disana yang recommended. Lagipula dekat dengan rumah dan jadwal prakteknya tersedia banyak.
Selain diberi rujukan, saya juga diberi resep obat, karena kondisi gigi yang maih sakit dan gusi yang masih sedikit radang. Obat yang diberikan ke saya adalah antibiotic amoxylin, obat pereda radang dan paracetamol untuk meredakan demam dan pusing. Obat tersebut untuk 4 hari.
            Jadi yang saya dapatkan dari faskes 1 adalah:
-          surat rujukan yang ditujukan kepada panti rapih yang belaku selama 1 bulan
-          obat-obatan untuk pereda radang dan pencegah infeksi

Note: Surat rujukan itu nanti terdiri dari 1 lembar dengan 2 bagian yang berisi ‘Surat rujukan’ dan ‘surat rujukan balik’. Surat rujukan itu yang nanti diserahkan ke RS rujukan dan sura rujukan balik adalah surat yang diisi oleh RS rujukan yang diberikan kembali ke faskes 1 yang memberi rujukan. Jadi, jangan sampai hilang dan jangan lupa dikembalikan ke faskes 1, ya.

2.      Pergi ke Rumah Sakit rujukan
Panti rapih mempunyai prosedur yang bisa memesan nomor antrian lewat telepon. Jadi, waktu itu saya memesan jadwal periksa ke drg. Agus Sri Gunarto, Sp. BM,. Dapet nomor urutan 21, dan dianjurkan datang pukul 12. Dokter Agus praktek dari pukul 8 pagi sampai 1 siang. Saya termasuk dapat antrian bontot.
            Nah info penting disini, bagi pengguna KIS BPJS, sangat dianjurkan datang 2 jam sebelum waktu periksa. Karena nanti kita harus mengantri lagi ke bagian khusus pasien BPJS untuk pendataan dan menyerahkan surat rujukan. Dokumen yang harus dibawa adalah fotocopy kartu BPJS dan surat rujukan asli.


        Akhirnya pada hari yang sudah dijadwalkan saya datang ke Panti Rapih pukul 9.45 pagi. Langung mencetak nomor antrian di mesin dekat pintu masuk dan pergi menuju ruang pasien BPJS. Lalu saya mengambil nomor antrian di mesin dan ternyata… Yak, saya datang dan langsung dipanggil nomor antriannya ke CS. Saya tidak mengantri! Lalu, oleh CS saya diminta menyerahkan FC KIS BPJS dan surat rujukan dari faskes 1. Surat rujukan dari faskes 1 dicap oleh petugas tersebut dan dikembalikan ke saya dan saya juga diingatkan untuk mengingatkan dokter mengisi surat rujukan balik.
            Setelah urusan BPJS selesai saya langsung menuju poli gigi drg. Agus dan memberikan nomor antrian ke ruangan tersebut. Saya sudah menunggu di depan ruangan semenjak pukul 10.00, karena saya males pulang jadi saya nunggu aja, sedihnya baru dipanggil pukul 13.00.
Pemeriksaan:
Setelah saya masuk ke poli gigi, langsung menjabarkan apa keperluannya, menunjukan hasil x-ray dan ternyata tidak bisa dilakukan pencabutan saat itu juga. Sepertinya memang aturan disana untuk bedah kecil tidak bisa dilakukan langsung, tapi harus mengantri lagi. Jadilah saya mendapatkan jadwal minggu depannya lagi. Ohya, untuk wanita, operasi sebaiknya jangan dilakukan saat menstruasi, suster pun menyarankan begitu, mungkin supaya tidak lemas.
Setelah dari situ, saya diminta langsung diminta mendaftar untuk minggu depan dan saya dibelaki surat rujukan balik yang sudah diisi. Langsung saya ke bagian pendaftaran dan mendapatkan Surat keterangan dokter dan nomor antrian. Saya dapat nomor antrian 1 untuk hari itu, Jadwal prakter Drg. Agus minggu depan adalah jam 8:00. Saya berencana datang ke RS Panti Rapih paling lama pukul 07:00, karena saya perlu mengantri lagi di bagian layanan BPJS.

3.      Hari tindakan
Saya datang ke Panti Rapih pukul 07:15, langsung saja saya mengambil antrian ke layanan BPJS karena sebelumnya sudah mencetak nomor antrian dokter seminggu sebelumnya. Saya dapat nomor antrian 2068, cukup buat cemas karena saat itu masih antrian 2006. Saya khawatir dipanggilnya lebih dari jam 8, berarti lewat dari jam saya periksa. Tapi sebenarnya, jadwal periksa dokter itu tidak selalu tepat waktu, sih, seringnya mundur, di kertas nomor antrian saja, tertera bahwa saya nomor antrian 001, dilayani dari pukul 08:00 -09:00.
Saya akhirnya menunggu, sambil mengantri memfotocopy kartu bpjs. Ternyata menunggu antriannya tidak lama loh, saya dipanggil pukul 7:59, itu berarti saya hanya menunggu selama 41 menit untuk mengantri 62 nomor. Loket nya ada 4, dan pegawainya cekatan dalam melayani sehingga walaupun pasien yang antri banyak tetapi layanannya cepat.
Setelah itu saya langsung ke ruangan dokter gigi dan menyerahkan berkas-berkas yang sudah saya terima dari layanan BPJS. Mulai menunggu pukul 08:05, dokternya baru datang sekitar 20 menit kemudian, saya dipanggil masuk pukul 08:35.

4.      Tindakan Operasi Kecil
Saya diminta duduk di kursi periksa tidak lama setelah saya masuk, setelah itu saya masih menunggu sebentar, ditanyakan tanggal lahir, riwayat penyakit, ada alergi obat atau tidak, lalu dicek tensi darah dan dikasih gelang pasien. Berselang 5 menit kemudian dokternya mulai menindak saya dengan menyuntikan obat bius, nyeri sedikit aja saat disuntik.
Setelah disuntik, saya diminta mengisi formulir ‘Persetujuan Tindakan Dokter’, lalu dikasih map kuning berisi resep dan diminta menyerahkan dulu ke bagian farmasi setelah itu mengambil nomor antrian dan kembali lagi meunggu di depan ruang periksa. Saat itu obat bius sudah bekerja, mulut bagian kiri saya rasanya kebas dan kelu. Berbicara sedikit susah, menelan juga susah.
Tidak lama, saya dipanggil masuk lagi. Tindakan pun dimulai, mata saya ditutup dan dokter menanyakan apakah masih terasa sakit, saya bilang tidak. Lalu pergulatan si dokter dengan si gigi pun dimulai, untuk menekan rasa risih, saya sibuk membaca ayat-ayat pendek dalam hati, sekalian memperlancar hafalan dan sambil menyenandungkan lagu-lagu dalam hati. Enak sekali suasana di kamar periksa, terdengar lagu-lagu jadul seperti lagunya Ari lasso di ruangan periksa. Selain itu perawat dan dokternya juga ramah-ramah. Atmosfernya santai, jadi pasien juga kebawa santai.
Operasi berakhir sekitar pukul 09:20, setelah selesai tensi saya dicek lagi dan ditanyakan apakah pusing atau tidak? Saya merasa baik-baik saja. Sakit juga tidak. Suster menerangkan ke saya instruksi apa saja yang harus dilakukan pasca operasi. Ini foto instruksinya:



Setelah itu saya langsung mengambil obat dan kebetulan obat saya sudah siap. Sekarang saya sudah tau mengapa saya diminta mengantrikan obat lebih dulu, karena tidak lama setelah operasi, rasa sakit mulai datang, saya mulai pusing. Pantas saja sebelum operasi disuruh makan, ternyata memang setelah operasi butuh langsung meminum obat, yang salah satunya mengandung obat pereda rasa sakit. Langsung saja saya minum obatnya dan saya duduk-duduk dulu di rumah sakit selama setengah jam untuk menunggu obat bekerja.
Saya sarankan, saat mau operasi untuk mempertimbangkan jangan pergi sendiri, tiap orang beda-beda reaksinya, amannya sih pakai ojek atau ada yang nganter, jaga-jaga kalau saja sesudah operasi menjadi lemas mungkin efek obat bius atau yang lain.

Setelah operasi, kita juga diminta untuk ke pendaftaran mengambil surat lagi. Untuk saya, saya mendapatkan surat ‘Pengiriman Penderita’, karena saya berhalangan untuk datang lagi seminggu kemudian ke RS Panti Rapih untuk pencabutan benang operasi, jadi saya minta surat pengantar untuk dapat dicabut benangnya di tempat lain dan ini tidak menggunakan KIS BPJS. Kecuali kalau sudah tau mau di dokter mana atau di rumah sakit mana kita minta dirujuk dan sudahn pasti tempat kita dirujuk menerima pasien pengguna KIS BPJS. Selain itu saya juga diberikan surat ‘Keterangan Dokter’, yang dapat digunakan kembali ke dokter gigi di Panti Rapih untuk mencabut benangnya, jika saya masih di Jogja.

5.      Pasca Operasi
Pasca operasi yang saya rasakan adalah mulai sakit lagi 4 jam setelah minum obat terakhir, saya tahan-tahan saja. Sambil saya makan es krim dan kompres pakai es dibagian pipi kiri. Memang dianjurkan untuk makan dan minum yang dingin pasca operasi. Pendarahan masih sedikit-sedikit. Mulut agak susah dibuka dan berbicara pun sedikit sakit. Tapi, secara keseluruhan sih menurut saya tidak begitu menyusahkan. Bicara aja agak dikurangin agar tidak sering membuka mulut yang dapat menyebabkan bekas operasi berdarah.
Setelah 24 jam operasi, saat bangun pagi saya menyadari terjadi pembengkakan. Tapi sudah tidak terasa sakit sama sekali. Kalau mulut dipakai banyak bicara memang terasa sedikit berdarah, wajar sih, karena masih luka.
Yak, sekian kisah saya dari awal sampai akhir operasi kecil cabut gigi graham bungsu menggunakan KIS BPJS. Saya sangat bersyukur sekali atas fasilitas yang saya dapatkan. Tidak ada kendala yang berarti sama sekali. Segalanya serba mudah semenjak dari FASKES 1 hingga ke RS Panti Rapih. Semua pelayanan yang saya terima sangat memuaskan. Sangat bersyukur, tidak mengeluarkan biaya sedikitpun untuk tindakan yang umumnya bertarif 2 juta ke atas.
Untuk penutup, bagi pengguna KIS PBJS, jadilah pengguna yang cerdas dan taat. Bayar iuran jangan telat, dan juga pahami alurnya sebelum mendaftar. Pahami apa saja yang harus dipersiapkan. Segalanya inshaallah akan menjadi mudah jika kita sudah mencari info terlebih dahulu terkait apa yang harus kita siapkan dan lakukan saat mau menggunakan KIS BPJS.
Terima kasih sudah mau memabaca tulisan tentang pengalaman saya ini, silahkan diambil yang baiknya saja dan yang jeleknya jangan. Semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca yang budiman sekalian.
Wassalamualaikum warrohmatullahi wabarrokatuh…

Saturday, January 6, 2018

My First Bulgogi!

What is Bulgogi? Bulgogi is a traditional food came from South Korea. I didn't do any particular research about the history of Bulgogi, I just want to share you my first experience try it. 

Where did I try it? Unfortunately not in the original country of the food, but at Kuala Lumpur, Malaysia. Yes. I am, an Indonesian, eating South Korean food in Kuala Lumpur. Foreigner ate a foreign food in foreign country 😂

Specifically, I try it in KLCC Mall, at the food court. They provide so many foods from several country. Such as America, Indonesia, Thailand, Japan, India, and etc. And I laid my choice on South Korea stand. Why? Simply, back than at Jakarta, in a quite night, I enjoyed watching a South Korea reality show named Youn's Kitchen. The show took place in Gili Trawangan Island, Indonesia (my honeymoon place!!), Unfortunately they took the shoot several months after I came back from there, so there were no chance for me to visit their restaurant.

So, Youn's kitchen was the restaurant which they opened in Gili Trawangan, they served some South Korea foods, one of them was Bulgogi. I watched the whole process from preparing the ingredients until the food was served and it makes my heart flutter. I love how they make it and the Bulgogi looks amazingly delicious. 
Like a fate, in KLCC mall, I finally had a chance to try a Bulgogi. So without any hesitation, I ordered a Bulgogi and my husband order other food that I don't remember what.

10 minutes later my food was served and this is the appearance. 

I was so excited at that time. Look how they served it! So Korea! And there was also a plate of Kimchi, yeay! 😍 not want the food get cold, I eat it immediately and it's so delicious 😄. I like the taste. Umami. Sweet, sour, salty, and little bit spicy. But I find the taste of the kimchi is kinda odd. I imagine it has another taste. It was too sour for me but I sill ate all of it anyway 😂 (don't waste your food, kids!). The brown soup is kinda uniqe, it has rough texture. From what I watch in Youn's kitchen, one of the ingredients to make the soup is Pear. Yes. A fruit named Pear. So the pear was blend with water and soy sauce. I don't remember other ingredients. How they served it is kinda different compare to in Youn's kitchen. In Youn's kitchen, they served the Bulgogi (the beef and the sauce) by pouring it directly on the plate of hot rice that already served with mix vegetables. And the bulgogi soup has a thick consistency so it more look like a sauce than a soup.

Overall, I satisfied by the taste of the Bulgogi that I ate in KLCC mall food court. I am happy to get a chance to taste it. I hope someday in the future, I get a chance to try a bulgogi in South Korea with my family. 😄

Thank you for ready my experience. Hope you enjoyed it 😃






Tuesday, October 10, 2017

Pengalaman KKN: Nek Sawak, bah sidak!

                                                Nek Sawak, Bah Sidak!

Nek Sawak adalah salah satu dusun di desa Melawi Makmur yang dulunya masih termasuk ke dalam daerah administratif desa Pampang Dua, namun karena adanya pemekeran desa, Nek Sawak terpisah dari Pampang Dua dan menjadi bagian dari Desa Melawi Makmur. Pusat pemerintahan desa Melawi Makmur yang memiliki luas wilayah 16,6 kilometer persegi, berkedudukan di dusun Nek Sawak.
            Nek Sawak sendiri terbagi menjadi dua bagian, yaitu Nek Sawak dan Tanjung Iman. Hampir seluruh warga di dusun Nek Sawak menganut agama Kristen Protestan, hanya tiga kepala keluarga yang menganut agama Islam. Untuk menunjang keperluan beribadah di dusun Nek Sawak, telah didirikan tiga buah gereja yaitu Gereja Bethel Indonesia (GBI), Gereja Pantekosta di Indonesia (GPDI) dan Gereja Perseketuan Pengabar Injil (GAPPIN). Fasilitas kesehatan juga sudah tersedia di dusun ini, yaitu terdapat POSKESDES (Poli Kesehatan Desa) persis di depan gereja GPDI. Di dusun ini juga terletak kantor desa Melawi Makmur. Fasilitas pendidikan juga sudah ada di dusun ini, untuk SD terdapat SDN 11 Nek Sawak yang berlokasi di Dusun Landau, dan untuk anak usia dini terdapat PAUD Kasih Ibu di Nek Sawak dan PAUD Pelangi Kasih di Tanjung Iman. Warga dusun Nek Sawak mayoritas berprofesi sebagai petani sawit atau penoreh karet.
            Awal minggu pertama kami menjalankan tugas KKN disini tidak terlalu kentara terlihat apa masalah yang bisa kami bantu temukan solusinya melalui program, warga-warganya terlihat sejahtera, anak-anak ceria menyambut kami, ibu-ibunya cantik, berbadan sintal, dan bapak-bapak berifisik kuat. Namun, setelah berdialog dengan beberapa tokoh masyarakat, salah satunya adalah Pak Gerson, bapak pondokan kami yang kebetulan adalah gembala bagi jamaat GBI yang cukup dihormati warga sekitar, mengatakan bahwa sesungguhnya masalah warga disini pada kenyataannya adalah terletak pada pemikiran mereka yang memang masih terbelakang karena kurangnya pendidikan dan kurang terbukanya cakrawala pemikiran mereka karena hanya hidup di pedalaman desa.
            Anak-anak Nek Sawak yang awalnya masih malu-malu mulai menjadi dekat dengan kami ketika sudah dimulainya beberapa kegiatan KKN, termasuk salah satunya adalah kegiatan Sensus Ternak yang membuat kami berkesempatan untuk bertanya dari rumah warga satu ke rumah warga yang lain untuk mengumpulkan informasi tentang bagaimana kebiasaan warga membuang sampah dan apakah di kediaman mereka sudah terdapat WC. Belum terlalu banyak warga yang memiliki ternak, apalagi menjadikan beternak sebagai komoditas utama bagi mereka untuk menambah penghasilan. Beberapa warga yang memiliki ternak adalah warga yang perekonomiannya menengah ke atas, ternak yang paling banyak dimiliki antara lain babi dan ayam. Sebagian besar tujuan mereka baternak adalah untuk memenuhi kebutuhan mereka untuk mengkonsumsi daging, hewan-hewan tersebut biasanya baru disembelih ketika mendekati hari raya atau ketika ada gawai. Cara warga berternak pun masih terbilang tradisional, walapun untuk babi telah dikandang. Menurut warga, menjadikan peternak sebagi profesi belum terlalu prospek karena sulitnya pendistribusian ternak atau daging untuk dijual keluar dusun, desa, apalagi ke kecamatan, lagipula sudah banyak warga yang memiliki ternak sendiri untuk konsumsi pribadi sehingga tidak perlu membeli dari orang lain.
            Secara tidak langsung, kegiatan sensus kami tak hanya memberikan informasi terkait dengan tujuan sensus ternak itu sendiri, namun juga menjadi ajang perkenalan kami dengan warga. Banyak permasalahan yang kami temukan dari curhatan beberapa warga yang mau terbuka menceritakan keluhan mereka terhadap kehidupan di dusun ini. Salah satu keluhan adalah tentang kebersihan, masih banyak warga yang memiliki kebiasaan untuk membuang sampah ke sungai-sungai yang notabene bukan tempat sampah. Sungai –sungai tersebut antara lain Sungai Melawi, Sungai Sekotong dan Sungai Suak Kalam. Ironisnya, sungai juga merupakan sarana vital yang mereka gunakan sehari-hari untuk mengambil air untuk minum, mencuci dan mandi. Keluhan dirasakan semakin vokal ketika kami mulai berdialog dengan warga di daerah hilir, yaitu warga Tanjung Iman, mareka mengeluhkan bahwa banyak sampah yang hanyut ke hilir sungai dan menyebabkan aktivitas mereka di sungai terganggu. Oleh karena itu, kami mencoba menawarkan solusi yaitu dengan melakukan sosialisasi master plan sampah yang kami mulai dengan program membuat tempat sampah umum portable  yang kami letakan di dua titik strategis yaitu di depan PAUD Pelangi Kasih dan di depan gereja GBI. Program tersebut mendapatkan tanggapan positif dari warga karena warga sudah mulai mau membuang sampah ke tempat tersebut dan lingkungan di sekitar pun menjadi lebih bersih dari pada sebelumnya.
            Anak-anak menjadi sahabat baik kami yang selalu setia menemani kami menjalani hari-hari di Dusun Nek Sawak ini, canda tawa mereka, semangat mereka mengingatkan kami kepada kepolosan dunia dan ketulusan manusia, pertanyaan-pertanyaan atas rasa penasaran mereka sering terlontar kepada kami disebabkan kami menjadi sosok penuh panutan di mata mereka dan dirasa merupakan seseorang yang berpendidikan tinggi. Bagaimana tidak? Rata-rata warga di dusun Nek Sawak hanya tamatan SD, baru belakangan ini saja banyak anak-anak yang dengan sedikit berat hati dilepaskan oleh orang tua mereka untuk mengenyam bangku SMP dan SMA di Meliau, Sintang ataupun Sanggau. Tak sedikit pula banyak anak yang harus berhenti sekolah karena membantu orang tua mereka bekerja.
            Sebagai seorang yang berpendidikan, yang selalu diberi kesemapatan untuk menadah ilmu di bangku sekolah, inilah saatnya bagi kami menjadi sosok yang bermanfaat melalui program bimbingan belajar pada malam hari untuk anak-anak usia dini hingga kelas 6 SD. Semangat mereka terlihat dari kebiasaan mereka yang selalu datang paling lama setengah jam sebelum les dimulai. Dengan keterbatasan cahaya penerangan dikarenakan arus listrik dari PLMTH dusun Nek Sawak yang belum mengalir dengan stabil, anak-anak dengan semangat tetap memperhatikan kami mengajar. Syukurlah, perkembangan terlihat dari mereka yang rajin mengikuti les, prestasi mereka di sekolah terlihat meningkat perlahan hingga para guru pun mewajibkan mereka untuk mengikuti les.
            Kegiatan mengajar tak hanya kami lakukan ketika bimbingan belajar, namun juga kami lakukan di SDN 11 Nek Sawak, di PAUD Kasih Ibu Nek Sawak, dan PAUD Pelangi Kasih Tanjung Iman. Berjalan kaki selama 10 menit di jalan berbatu menjadi rutinitas kami tiap pagi untuk bisa mencapai sekolah. Anak-anak dengan gembira menyambut kami yang datang untuk mengajar, namun memang terkadang terlalu gembira sehingga mereka menjadi sulit diatur dan dikendalikan. Rupa-rupanya ini juga dikarenakan perkembangan kecerdasan mereka yang kurang maksimal karena supply makanan yang kurang bergizi dan sehat. ‘Namanya juga di kampong, Nak, cari apa-apa susah, ya makan apa yang ada saja.’ Begitu kalimat yang sering kami dengar dari para orang tua, namun ternyata banyak makanan tidak sehat yang menjadi jajanan mereka sehari-hari, begitupula sangat disayangkan kebiasaan memasak yang kurang sehat yang dilakukan orang tua yaitu memasukan MSG ke masakan mereka dalam kadar yang berlebihan. Melihat masalah tersebut, kami mengadakan sosialiasai tentang Gizi Masyarakat dan Gizi Anak. Harapannya dari sosialisasi tersebut mereka dapat mengerti dan lebih bijak dalam memilih makanan yang mereka makan.
            Selain bermain hampir setiap saat sepulang sekolah, atau mendatangi kami ke pondokan, anak-anak mempunyai kebiasaan untuk menonton telivisi di rumah hingga larut malam. Hal ini sangat disayangkan karena dapat membuat mereka malas belajar, apalagi jika tidak diawasi, banyak informasi yang kurang baik dan tidak benar dapat mereka serap dari siaran telivisi di zaman sekarang. Ketika melihat kami membawa buku pelajaran atau buku cerita anak, mereka sangat antusias untuk melihatnya, ‘Kak opai itu kak? Mau tengok bah!’, begitu seru mereka. Oh, rupanya anak-anak ini juga suka membaca terutama buku-buku bergambar yang menarik. Setelah menyusun rencana dan melakukan eksekusi bersama dengan Pak Kepala Dusun Nek Sawak, berdirilah sebuah perpustakaan yang sangat sederhana yaitu Perpus Dusun Nek Sawak di kediaman Pak Kadus. Perpustakaan ini menjadi titik balik dari perubahan suatu kebiasaan anak-anak dari yang suka menonton menjadi suka membaca.  
Sebagai warga yang hidup di pedalaman, tak sedikit rasa kecewa yang mereka rasakan terhadap minimnya bantuan dan perhatian pemerintah pusat terhadap desa mereka. Tak sedikit dari mereka yang menjadi apatis, tak perduli terhadap negara sendiri, bahkan banyak yang tidak hapal lagu Kebangsaan Indonesia Raya. ‘Kalau tak ada caleg dari dusun ini, mana ada lah bantuan datang kesini’¸begitu komentar salah satu warga yang kritis terhadap pemerintahan.  Perayaan HUT RI Ke 70 menjadi momen tepat bagi masyarakat disini untuk merecharge pikiran positif mereka terhadap bangsa Indonesia, membangun rasa optimis mereka terhadap pembangunan Negara Indonesia yang berusaha untuk menyeluruh. Upacara 17 Agustus yang khidmat terlaksana dengan lancar di SDN 11 Nek Sawak dengan petugas upacara dari warga desa. Berbagai perlombaan dan malam puncak perayaan terlaksana dengan lancar karena kerjasa sama yang baik telah terjalin antara mahasiswa KKN dan warga dusun Nek Sawak. Warga berujar bahwa mereka merasa terpantik semangat kemerdekaan di dalam diri mereka dan juga mengharapkan kegiatan perayaan ini terlaksana setiap tahunnya dengan lebih meriah.
            Ketika ada suatu awal maka ada suatu akhir, masanya untuk pergi telah tiba bagi kami di penghujung bulan Agusutus, tanah basah dan air sungai yang meluap karena hujan deras menghantarkan kepergian kami dari Dusun Nek Sawak yang sungguh panci bagi kami. Kehangatan warganya dalam menyambut kami, keceriaan anak-anaknya, nilai kekeluargaan dan gotong royong yang begitu kental dan juga alam yang begitu tanpa pamrih memberi kami sedikit dari kekayaan yang dia miliki. Sungai yang mengalir dengan batuan yang menghasilkan riak, nektar bunga durian yang begitu manis, kerupuk ubai yang begitu renyah, dan masih banyak lagi kekayaan yang dimiliki oleh Dusun ini yang memanusiakan kami tak akan pernah bisa kami lupakan.
            Persembahan dari kami tiadalah apa-apa dibandingkan apa yang selayaknya warga Dusun Nek Sawak terima. Menjadi mahasiswa merupakan suatu anugerah bagi kami, semoga kami dengan segala kesederahaan dapat terus bisa memberi kepada sekitar terutama kepada warga dusun Nek Sawak. Dalam nyanyian merdu mereka di setiap pujian kepada Tuhan, dalam kabut pagi yang mengiri langkah mereka ketika pergi ke ladang, kami berdoa untuk kesejahteraan Nek Sawak.